Syarifah Nawawi adalah seorang pejuang dan tokoh pendidikan Indonesia. Bersama teman-temannya ia mendirikan Yayasan Panti Wanita Trisula PERWARI pada 11 Juli 1955. Syarifah merupakan perempuan Minang pertama yang mengecap sistem pendidikan Eropa pada awal abad ke-20.
Raden Ayu Bandung Syarifah Nawawi lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 1896. Ia anak keempat dari pasangan Chatimah dan Engku Nawawi Sutan Makmur, seorang guru di Kweekschool atau lebih dikenal Sekolah Raja di Bukittinggi.
Bersama dengan Muhammad Taib Sutan Ibrahim, Engku Nawawi Sutan Makmur terlibat dalam penyusunan ejaan van Ophuijsen yang mulai diterapkan di Hindia Belanda pada tahun 1901.
Sadar akan pentingnya pendidikan modern, Engku Nawawi mendorong anak-anaknya, termasuk Syarifah, untuk mengenyam pendidikan formal di Europeesche Lagere School (ELS), yang berhasil dituntaskannya pada tahun 1907.
Tidak lama setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke Kweekschool tempat ayahnya mengajar. Dari total 75 murid seangkatannya, ia satu-satunya murid perempuan dan dikenal sebagai murid yang cerdas.
Sekitar tahun 1914, setamatnya dari Kweekschool, ia bersama adiknya, Syamsiar, dikirim ayahnya ke Batavia untuk mengenyam pendidikan di sekolah Kristen, Salemba Kostschool. Sejak saat itu, Syarifah dikenal sebagai “perempuan Minang pertama yang menempuh sistem pendidikan sekolah Eropa.
Di Batavia, ia dan adiknya menjalin hubungan pertemanan dengan seorang putri Cianjur bernama Tjoetjoe. Saking dekatnya pertemanan mereka, saat libur Natal tahun 1914, kakak-adik tersebut diundang oleh Tjoetjoe untuk berlibur ke kampung halamannya.
Setibanya di Cianjur, keduanya bertemu dengan Bupati Cianjur saat itu, R. A. A. Wiranatakusumah V, yang merupakan suami Tjoetjoe. Dalam pertemuan itu, tak disangka-sangka sang Bupati jatuh cinta kepada Syarifah. Bahkan, di hari-hari berikutnya, ia kerap dikirimi surat.