Dompo adalah daerah yang pertama kali ditaklukkan oleh Nala, panglima militer untuk ekspedisi ke Wilayah Luar kemudian disusul oléh Bali pada tahun 1334 yang menewaskan Pangeran Badahoeloe bersama seluruh kerabatnya. Jatuhnya kerajaan ini merupakan peristiwa yang sangat penting, karena kekuasaannya meluas ke Kangean, sebagian Sumbawa, Lombok, Madura, ujung timur Jawa, dan lebih jauh lagi ke sebagian Sulawesi (Boegis, Boni, Mandar, Badjo).
Tahun 1350 tampuk kekuasaan dipegang oléh raja Hajam Woeroek. Dibawah pimpinan raja baru ini Majapahit berkembang pesat dimana sebagian besarnya disebabkan oleh Gadjah Mada yang membaktikan hidupnya hingga saat kematiannya pada tahun 1364.
Namun anehnya, dengan beberapa pengecualian, tidak disebutkan di mana, kapan dan dengan cara apa Madjapahit menaklukan Nusantara sehingga bila dihitung luasnya sama dengan luas wilayah Hindia Belanda saat ini, jika ditambahkan dengan Malaka dan Borneo.
Kenapa negeri-negeri Sunda tidak ditaklukkan, padahal kawasan tersebut juga masuk dalam program penaklukan sang Mahapatih.
Bagaimanakah akhir hidup sang Mahapatih ?
Arkeolog Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar dalam Gajah Mada Biografi Politik menulis, ada berbagai sumber yang mencoba menjelaskan akhir hidup Gajah Mada. Sumber pertama adalah Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca itu mengisahkan akhir hidup Gajah Mada dengan kematiannya yang wajar pada tahun 1286 Saka (1364 M).
Dari cerita-cerita rakyat Jawa Timur, Gajah Mada dikisahkan menarik diri setelah Peristiwa Bubat dan memilih hidup sebagai pertapa di Madakaripura di pedalaman Probolinggo selatan, wilayah kaki pegunungan Bromo-Semeru. Di wilayah Probolinggo ini memang terdapat air terjun bernama Madakaripura yang airnya jatuh dari tebing yang tinggi. Di balik air terjun yang mengguyur bak tirai itu terdapat deretan ceruk dan satu goa yang cukup menjorok dalam dan dipercaya dulu Gajah Mada menjadi pertapa dengan menarik diri dari dunia ramai sebagai wanaprastha (menyepi tinggal di hutan) hingga akhir hayatnya.