Jakarta – porosnusantara.co.id
Persatuan Terjun Payung (PTP) Polri kembali meriahkan langit Jakarta pada HUT Bhayangkara 1 Juli 2024. Dihadapan Presiden RI Joko Widodo dan seluruh jajaran Menteri Kabinet Indonesia Maju, Kapolri dan Panglima TNI, para peterjun Payung yang terdiri dari gabungan TNI dan Polri lakukan atraksi yang memukau hadirin dan undangan.
“Terjun payung di Polri sejak 1971 sudah ada, bahkan dulu di Polri ada Batalyon Para di Brimob Pelopor. Waktu itu menggunakan metode terjun payung statik, terjun payung statik parasutnya bulat. Pembukaan parasutnya dikaitkan ke pesawat, bukan dibuka oleh peterjun.” ungkap Kombes Pol. Audie Sonny Latuheru S. IK selaku komandan terjun payung pada peringatan HUT Bhayangkara ke-78 kepada porosnusantara.co.id, Senin (08/07/24).
Pada awal tahun 1990 Polisi mulai melakukan terjun “free fall”. Free fall beda dengan para dalam hal cara membuka parasut, orangnya terjun dulu pada ketinggian tertentu baru membuka parasut. Sejak Polisi melakukan terjun free fall itu, belum diwadahi secara baik dalam sebuah organisasi dan hanya dilakukan oleh Korps Brimob bekerjasama dengan TNI dan Federasi Aerosport Indonesia (FASI), walaupun selalu diikutsertakan dalam demo-demo terjun payung.
Pada rentang waktu antara tahun 2005-2006 kami dapat info bahwa terjun payung Polri sempat dievaluasi untuk dibekukan karena dianggap tidak sesuai dengan Tupoksi nya.
“Pada waktu itu saya masih pangkat Kapten, saya menghadap bapak Kapolri, saya jelaskan pada bapak Kapolri kami Brimob, bahwa sebetulnya terjun payung adalah suatu keterampilan yang “mandatory skill” atau keterampilan wajib yang harus dimiliki, dipakai atau tidak dia harus bisa. Semua pasukan para militer di dunia mereka melakukan terjun payung, menembak dan menyelam sebagai mandatory skill,” lanjutnya.