Sawahlunto, Poros Nusantara – Jika selama ini yang belajar pidato adat, pasambahan dan petatah – petitih Minangkabau hanyalah warga di kampung, maka di Kenagarian Silungkang bahkan para perantaunya di Jakarta pun ikut belajar pidato adat tersebut, sehingga meski berada di Jakarta perantau Silungkang tetap mampu melestarikan dan melaksanakan tradisi-tradisi adat.
Berhasilnya perantau Silungkang di Jakarta dan sekitarnya mempelajari pidato adat dan sejumlah pengetahuan lainnya terkait adaik salingka nagori itu merupakan buah dari dibentuknya organisasi Wirid Pidato Adat Silungkang di Jakarta. Difasilitasi oleh organisasi yang berada dibawah Persatuan Keluarga Silungkang (PKS) inilah, setiap Minggu malam para anggota Wirid Pidato Adat tersebut berkumpul membahas pidato adat itu.
Minat para perantau Silungkang untuk mengikuti kegiatan tersebut terbilang cukup tinggi, sebab paling sedikitnya dalam setiap pertemuan hadir 20 orang perantau. Bahkan, para peserta itu masih muda-muda, rata-ratanya berusia dibawah 50 tahun.
Sekretaris Wirid Pidato Adat Silungkang di Jakarta tersebut, Sukri Husin Sutan Langik menceritakan bahwa kegiatan itu rutin dilaksanakan kembali sejak tahun 2006 lalu. Sebelumnya, kegiatan belajar pidato adat ini pertamakali dimulai pada tahun 1996, yang dikoordinatori oleh (Almarhum) Maas Malin Mancayo. Namun sejak tahun 2001 kegiatan ini tidak terlaksana lagi (non-aktif).
Dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan, tidak hanya tentang mempelajari pidato adat saja, namun juga melatih berbicara di depan umum, melatih kepemimpinan serta memperbaharui informasi-informasi terkait kampung – rantau.
“Untuk kegiatan utamanya memang mempelajari pidato adat. Namun dalam pertemuan kami juga mengadakan pelatihan kepemimpinan didasarkan adat Minang. Serta trik-trik berbicara di depan umum. Juga, kesempatan berkumpul itu kami kemudian juga mengupdate perkembangan kampung dan rantau,” tutur Sukri Husin.