Jakarta – porosnusantara.co.id
Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia kembali menggelar acara Orasi Kebangsaan dan Budaya dalam rangka menyambut dan memperingati HUT ke-79 Republik Indonesia.
Orasi Kebangsaan dan Budaya tersebut berlangsung pada Jumat (16/08/2024) bertempat di Auditorium Vihara Mahathera yang megah di bawah pimpinan Banthe Dharmosubho Mahathera yang beralamat tepatnya di JI. Cendrawasih No. 19 Pondok labu, Cilandak, Jakarta Selatan. Gelaran tersebut berjalan dengan sukses.
Hadir dalam kesempatan tersebut yang turut mensukseskan kegiatan para narasumber Orasi Kebangsaan, Setyo Hajar Dewantoro Ketua Umum Perkumpulan Pusaka Indonesia, Banthe Dharmosubho Mahathera, Sugeng Teguh Santoso, S.II., M.H. Ketua Indonesian Police Watch (IPW) dan tentu tak ketinggalan Ketua Umum PEWARNA Indonesía Yusuf Mujiono.Pdt. Harsanto Adi Ketua Umum MUKI, Djasarmen Purba, Dwi Urip Premono, Hendrik Yance Udam dan Pembimas Agama Budha. Komunitas Ahmadiyah dari Bogor, Pemuda Batak Bersatu (PBB) Jakarta Selatan, Perkumpulan Pusaka Indonesia, Tokoh Budaya Jawa dan STT IKAT Jakarta.
Sementara itu penampilan budaya diisi dengan persembahan Tarian Cokek Betawi, Tarian Gambyong yang merupakan persembahan dari Sanggar Pusaka Indonesia, Tarian Bali dan Nyanyian dari Sanggar Sangha Teravada serta PEWARNA Indonesia oleh Elywati Togatorop serta Paduan Suara STT IKAT.
Banthe Dharmosubho Mahathera dalam orasinya menyampaikan bahwa dalam membangun tata nilai peradaban Nusantara 79 tahun Indonesia merdeka sebenarnya Buddhis sudah menjadi pendamping peradaban spiritual moral mayarakat tertua Nusantara selama 17 Abad, 200 tahun sebelum masehi hingga sampai abad 15.
Buddha bukan orang atau pribadi namun adalah ilmu nilai kualitas hukum. Dimanapun budha berada tidak mengandung sengketa, meskipun ajaran Buddha hingga saat ini sudah ganti zaman masih tetap apapun yang disampaikan adalah benar untuk diri sendiri, benar untuk orang lain, benar untuk lingkungan.
Maka dengan pengertian benar, menghasilkan pikiran, ucapan, tindakan perbuatan yang benar sehingga bila seorang akan mecari usaha mata pencarian adalah yang benar, keputusan tindakan yang benar untuk diri sendiri, untuk orang lain dan untuk lingkungan.
“Untuk itu menjadi sandaran spiritual ilmu kualitas Buddha menjadi peradaban Nusantara dan menjadi pengikat masyarakat dalam tuntunan moral peradaban masyarakat sekalipun sering dengan sindiran penyembah api, penyembah patung. namun yang benar dan jujur siapa penyembah api adalah si perokok berat,” kelakar Banthe.
Apa dan dimana angka 8 (delapan) merupakan master key jembatan emas dalam pekerjaan negara Indonesia sangat buddhaistis yaitu
1. Pengaturan yang benar.
2. Pengertian yang benar.
3. Pikiran yang benar
4. Ucapan yang benar
5. Perbuatan yang benar
6. Pencarian usaha yang benar
7. Perhatian yang benar
8. Konseptasi yang benar
Benar untuk siapa? Benar untuk diri sendiri, benar untuk orang lain dan benar untuk lingkungan.
Angka 8 (delapan) yaitu tahun 1908 di kenal nama yang tak asing Budhi Utomo, tahun 1928 lahir “Sumpah Pemuda” mereka dengan suka rela tanpa upah dan menyatukan diri dengan kelompok Young Selebes, Young Java, Young Sumatra dll mengikrarkan suatu kesepakatan Sumpah Pemuda.
Dalam Sambutan Ketua Umum PEWARNA Indonesia, Yusuf Mujiono mengungkapkan, kritik yang baik dan membangun harus disampaikan kepada pemerintah agar tetap menjaga, mewujudkan tujuan kemerdekaan guna mencerdaskan, mensejahterakan rakyat menuju Indonesia Unggul.
Lebih lanjut Yusuf Mujiono menyampaikan, Secara khusus bagi PEWARNA Indonesia, agar senantiasa menjaga persatuan dan kerukunan tetap berkarya bagi bangsa dan negara. Saya yakin dan percaya dimana ada persatuan dan kerukunan di situ berkat Tuhan tercurah.
Banthe Damosubho Mahathera dalam orasi mengatakan, Selamat datang di tempat ini. Inilah Gedung Indonesia.
“Saudara dapat melihat di dinding terdapat batik dari seluruh Nusantara, menggambarkan keragaman, namun tetap satu Indonesia. Tamu-tamu dari luar negeri yang berkunjung ke sini mengatakan baru melihat Indonesia sesunggguhnya di sini,” ujarnya.
Dalam gagasan dan pemikiran Banthe diungkapkan bahwa selanjutnya kita harus menentukan pedoman tentang kebangsaan serta nilai peradaban Nusantara untuk disajikan kepada masyarakat dan pemerintah dengan harapan menjadi peraturan atau kode etik yang menghadirkan keadilan bagi seluruh anak bangsa.
Banthe mengharapkan agar peran serta masyarakat dan pejabat pemerintah dapat memahami keragaman agama, budaya, suku dan bahasa yang sudah dilebur menjadi satu melalui nenek moyang bangsa ini dalam Sumpah Pemuda tahun 1928; Satu tanah air, satu bangsa, satu Bahasa.
Dalam kegiatan Orasi Kebengsaan dan Budaya tersebut, lagu-lagu Nasional yang ditampilkan dan pagelaran budaya yang dipentaskan dalam bentuk tarian sungguh membawa nuansa semangat perjuangan.
Ditambah lagi dengan kostum kebaya yang dipakai peserta wanita ataupun dress code bernuansa merah putih semakin menumbuhkan semangat nasionalsime dan patriotisme agar Masyarakat Indonesia selalu mewujudkan kecintaan tanah air.
Kemerdekaan Indonesia bukan hadiah tetapi dengan perjuangan dan pengorbanan.
Maka melalui kegiatan tersebut mengajak yang hadir untuk terus memperjuangkan dan mengisi hal hal yang benar demi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta. (Red-AXS)