BPBD Sumbawa Terus Lakukan Pendataan Pascabanjir Bandang

Sumbawa, NTB, Porosnusantara.co.id

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbawa terus melakukan pendataan dampak banjir bandang yang terjadi diwilayah Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada Senin (28/3) pukul 14.00 WITA. Peristiwa ini terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi dibagian hulu dan banyaknya alih fungsi lahan pertanian jagung hingga berdampak ke pemukiman warga.

BPBD Kabupaten Sumbawa mencatat data sementara peristiwa ini mengakibatkan 50 unit rumah terdampak di empat desa yakni Desa Empang Atas, Desa Empang Bawah, Desa Bunga Eja yang terletak di Kecamatan Empang, dan Desa Labuhan Kuris di Kecamatan Lape. Diwilayah tersebut, sedikitnya 50 KK / 168 jiwa terdampak atas kejadian ini.

BACA JUGA  Di Duga Aset Bongkaran Rehab SDN Sabajaya 2 Di Jual Kepala Sekolah.

Kondisi terkini dilapangan, banjir dilaporkan sudah mulai berangsur surut.

Pascakejadian, petugas BPBD setempat segera melakukan upaya penanganan darurat dengan menyiagakan tim reaksi cepat, salah satunya evakuasi warga dan kaji cepat di lapangan. BPBD juga telah berkoordinasi dengan instansi terkait dalam memastikan keselamatan warga dan turut membantu penanganan darurat di lokasi terdampak.

BACA JUGA  Kementerian PUPR Revitalisasi Ikon Baru Wisata Heritage Gresik Melalui Program Kotaku

Berdasarkan analisis InaRISK, Kabupaten Sumbawa termasuk wilayah dengan potensi banjir bandang dengan kategori sedang hingga tinggi. Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis peringatan dini hari ini (29/3) mengenai waspada potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang sebagian wilayah Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Bima, Kota Bima, dan Dompu pada siang hingga malam hari.

BACA JUGA  Tanda Tangan Mou Bupati Dandim Kendari,TMMD 108 Konkep di mulai

Menyikapi hal ini, masyarakat diharapkan dapat melakukan aksi dini, salah satunya melakukan saling berkoordinasi antara masyarakat yang berada di kawasan hulu dengan mereka yang berada di sisi hilir. Koordinasi dengan radio komunikasi dapat melibatkan organisasi masyarakat seperti RAPI, Orari atau penggunaan telepon selular untuk menginformasikan kondisi hujan di kawasan hulu. Ini akan membantu warga yang berada di sekitar daerah aliran sungai untuk melakukan evakuasi sejak dini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *