JAKARTA, porosnusantara.co.id – Dalam rangka La Nuit des Idées (Malam Perjamuan Ide), Institut Perancis di Indonesia (IFI) menggelar diskusi bertema “Polusi Plastik di Laut: Konsekuensi pada keaneka ragaman Hayati” dengan menghadirkan pembicara pakar biologi kelautan Alexis Chappui, peneliti biologi kelautan Universitas Udayana I Gede Hendrawan dan peneliti kelautan LIPI Zainal Arifin serta Marine Manager WWF Indonesia Anton Wijonarno sebagai moderator.
Selain itu acara juga diisi dengan pertunjukan busana-kriya berbahan plastik daur ulang “Uneanhly Series” bersama Ika Vantiani pada 30 Januari di Auditorium IFI Thamrin. Malam Perjamuan Ide dengan beragam digelar secara serentak di IFI Bandung, IFl Surabaya dan IFI Yogyakarta.
Atase Kebudayaan Kedubes Prancis di Jakarta Abdramane Kamate mengatakan, IFI Jakarta akan memusatkan perhatiannya pada dampak polusi plastik terhadap keanekaragaman hayati di perairan, gangguan keseimbangan ekologi dan dampaknya bagi kemanusiaan. Peneliti Indonesia dan Francis akan bersama sama memaparkan permasalahan ini dan mengundang masyarakat untuk berpikir kritis dan pada akhirya melakukan aksi untuk menyikapi masalah sampah plastik dan kerusakan lingkungan hidup.
Peneliti Biologi Kelautan LIPI Zainal Arifin mengatakan isu ini penting diangkat karena Indonesia berada di dua sistem samudera yaitu Samudera Pasiflk dan Samudera Hindia. Massa air yang mengalir dari kedua samudera tersebut membawa beragam polutan atau kontaminan ke perairan Indonesia. Karena itu lima tahun terakhir LIPI memusatkan riset pada isu pencemaran minyak, ocean acidification atau pengasaman laut dan polusi plastik.
Terkait temuan riset LIPI, Zainal Arifin mengatakan, hasil kajian empiris menunjukan bahwa jumlah sampah yang masuk Teluk Jakana adalah 6-18 kali lebih rendah dan’ model prediksi yang dibuat oleh peneliti asing. Selain itu sampah plastik yang ada di laut akan mengalami degmdasi menjadi mikroplastik dengan ukuran kurang dari lima milimeter. Mikroplastik ini dilemukan di dasar ekosistem pantai (Teluk Banten) dan dasar samudera di kedalaman 500 meter (Pantai Barat Pulau Sumatra)
Langkah kecil yang dapat dilakukan masyarakat untuk melindungi laut, menurut Zainal Arifn adalah menolak penggunaan kantong plastik sekali pakai saat belanja, menolak sedotan plastik yang ada dilaut saat makan di restoran dan selalu membawa stainless atau bamboo straw, menolak pemakaian sterofoam. Menurutnya pemerintah pusat dan daerah perlu tegas dengan mengeluarkan peraturan dan melibatkan warga dalam pemilihan dan pemilahan sampah.
Sementara itu ahli biologi kelautan dan aktivis lingkungan hidup UNSEEN yang berbasis di Bali, Alexis Chappui, membahas hasil ekspedisinya di perairan bawah laut dan dampak plastik pada ekosistem karang mesofotik (habitat yang umumnya ditemukan pada kedalaman 40 sampai 150 meter).
“Kami mendokumentasikan misi lapangan dengan foto dan video. Melalui dokumentasi tersebut informasi bahwa dampak polusi telah menjangkau lingkungan dasar laut” ungkap Alex.