Porosnusantara.co.id, Samarinda – Pengertian literasi menurut Alberta Education adalah kemampuan membaca dan menulis, menambah pengetahuan dan keterampilan, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, serta kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dapat mengembangkan potensi dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, literasi menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kecakapan dan kemampuan hidup seseorang.
Ditemui usai pembukaan acara Gebyar Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur, di Kota Samarinda pada Sabtu (20/4), Sekretaris Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), M. Abdul Khak, menyebutkan bahwa literasi bukan hal baru. “Namun dari Kemendikbud memang sengaja mengangkat kembali literasi dalam berbagai bentuk, terutama literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi budaya, literasi finansial, dan seterusnya. Semua itu kita angkat untuk anak-anak sekarang yang akan menjadi generasi emas pada tahun 2045,” ujarnya.
Menurut Abdul, dalam meningkatkan literasi, Kemendikbud melalui Badan Bahasa, sudah melakukan berbagai perlombaan. “Sebenarnya ada 2 tahap. Di wilayah Kaltim sendiri, kantor Bahasa rutin mengadakan lomba penulisan buku cerita anak berjenjang. Kalau tidak salah saat ini jenjangnya pra sekolah. Di tingkat pusat kami juga mengadakan. Jadi pemenang lomba di daerah ini dibawa ke tingkat pusat lalu di di tingkat pusat, mereka diberi pembekalan yang lebih oleh penulis dan sastrawan yang kategorinya maestro. Dan baru-baru ini dilakukan di Pusat Pembinaan Badan Bahasa,” katanya.
Selain itu, untuk mendukung peserta didik inklusi, Badan Bahasa saat ini baru mencetak KBBI dengan huruf braille. Namun, kedepannya akan dikembangkan agar cerita-cerita untuk tema tertentu akan kami ubah dalam bentuk braille. “Kalau semuanya tidak memungkinkan karena anggarannya besar. Kami sudah membuat sekitar 500 judul cerita anak. Mungkin nanti dari tema-tema yang ada, kami ambil satu per satu mewakili tema-tema yang ada. Jadi ada banyak tema, misalnya tentang legenda, perubahan sosial, tokoh, kuliner. Nanti akan diambil beberapa sampel untuk dipindahkan ke braille,” jelasnya.