Soalnya, kalau Kantor PPP di Jalan Diponegoro, Jakarta membuka pendaftaran calon presiden dengan syarat terlalu mudah. “Bisa jadi yang daftar itu, tukang bajaj maupun tukang bemo yang hanya tamatan SMA. Soal insfrastruktur jalan dia yang paling paham, mana jalan yang berlubang daripada anggota DPR,” ujartanya.
Ia mengemukakan isu SARA memanas ketika Basuki Tjahaya Purnama menjadi calon gubernur DKI Jakarta. Itu bibit terbesar isu SARA itu. “Kalau saya mencermati media, sepertinya ada perang antara kelompok sekuler dengan agama. Kata Bung Karno, Negara kita ini bukan Negara agama. Tapi dalam pidatonya di hadapan sidang BPUPKI, dia mengatakan, wahai orang Kristen banyak-banyaklah kalian menjadi anggota parlemen, agar undang-undang yang dibuat DPR perpihak kepada agama Anda, wahai Abi Kusno (wakil umat Islam), banyak-banyaklah umat Islam menjadi anggota DPR supaya kepentingan umat Islam tertampung dalam undang-undang. Artinya itu jualan agama,” ujarnya.
Ia mengutip penelitian Bank Dunia, sebuah negara yang multi etnis itu memerlukan seorang pemimpin Negara yang kuat. “Misalnya, Iraq yang presidennya dibunuh, bahkan digantung. Pimpinan MPR Negara itu, sedang sarapan pagi, tiba-tiba bom meledak di depan Hotel. Untungnya kacanya anti peluru. Lalu, Libya yang presidennya, Muamar Khadafi. Kantor Kedutaan Besar Amerika dibom dan beberapa diplomatnya tewas,” katanya.
Meski demikian, Ia berharap isu-isu SARA dihindari yang dapat memecah belah NKRI dan merusak tatanan Bhineka Tunggal Ika. “Oleh karena itu, perdebatan di media sosial maupun di ranah publik bisa memberikan kecerdasan bangsa Indonesia untuk memilih presiden dan wakil presiden karena visi, misi dan program. Kita berharap Ketua Tim Kampanye dapat mengatur strategis dalam menghadapi pertarungan nanti,” ujarnya.