Kemudian figur Ma’ruf Amin setidaknya menjawab salah satu yang menjadi titik bagi Jokowi. “Misalnya, serangan terhadap Jokowi yang bukan bagian dari umat Islam atau melakukan kriminalisasi terhadap ulama. Pada saat bersamaan figur Ma’ruf Amin menutup kelemahan bagi Jokowi karena di Daerah Banten dan Jawab Barat tidak bisa ditaklukan, kalau berkaca pada Pilpres 2014 lalu,” katanya.
Namun pada saat bersamaan Kubu Prabowo dan Sandiaga Uno lebih menyerang isu-isu fluktuatif yang justru menjadi respon utama. Semua itu tidak abadi, karena dia kan isu-isu aktual saja. Kalau itu bisa ditangani, pindah ditangani, bisa jadi kubu Pak Prabowo kehabisan isu. Sebab sangat tergantung pada isu-isu yang terjadi. Misalnya, memanfaatkan pelemahan rupiah terhadap dollar. Padahal isu-isu itu tidak abadi yang hanya aktual saja. Plipres kita masih lama, kurang lebih 8 bulan lagi,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Wakil Ketua Fraksi MPR dari PPP, Syaefullah Tamliha, menjelaskan tentang dibalik kemenangan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat yang tidak lepas dari factor SARA. “Kenapa Donald Trump terpilih jadi presiden AS, karena para pendeta dan gereja-gereja turun ke konstituen pemeluk agama Kristen, door to door, dari rumah ke rumah. Ditambah dengan lawan politiknya berjanji, akan melegalkan perkawinan sesama jenis,” jelasnya.
Lebih lanjut, Syaefullah menceritakan pada tahun 2014, ketika itu Ia masih menjadi wakil Sekjen PPP, rapat dengan Suryadarma Ali sebagai Ketua Umum, berdiskusi mengenai pembukaan pendaftaran calon presiden. Kala itu, Syaefullah menawarkan pencapresan ala Amerika, ala Eropa, Ala Autralia, atau yang lain? “Lalu, dipilih belajar ke pencapresan ala Amerika. Kalau di Amerika calon presiden itu dari sejarah, yaitu gubernur dan senator,” ujarnya.