Bumi Sulawesi Selatan sejak lama terkenal dengan kopi yang memiliki rasa paling nikmat. Selain Tanah Toraja, Bulukumba juga tempat tumbuh subur kopi ternikmat di dunia. Hanya saja kurang populer dibanding Kopi Toraja. Tapi tak lama lagi melaui Kindang Coffee daerah ini akan familer di jagad kopi nusantara.
Persepsi masyarakat yang melatar-belakangi kopi dari Bulukumba ini kurang dikenal. Sebab masyarakat sebelumnya mengangap kopi bukan komoditas baik karena harganya sangat murah. Beda dengan cengkeh yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Masyarakat pun lebih memilih cengkeh untuk dibudidayakan.
Imbasnya tanaman kopi tak sedikit yang ditebang agar tidak menganggu pertumbuhan pohon cengkeh sehingga dapat berbuah makin lebat. Kecuali kopi-kopi yang berada di dataran tinggi tetap dibiarkan tumbuh.
Sementara kini tren kopi cukup luar biasa. Kopi sudah menjelma menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan. Bukan saja kaun berumur, kalangan muda juga banyak menggandrungi dan mengambilnya sebagai pilihan bisnis yang menjanjikan.
Berangkat dari kondisi ini, kaum muda Bulukumba, terutama yang di perantauan pun tergerak hatinya untuk kembali intens mengenalkan kopi, dari daerahnya bisa berkompetitif meramaikan jagat perkopian tanah air. Hasilnya, pada 2017 kopi asal dataran tinggi gunung Lompobattang dan Bawakaraeng ini berhasil di branding. Kindang Coffee namanya.
Pilihan nama tersebut bukan hal sepele, tetapi memiliki nilai historis tinggi. Selain Kindang sebagai buah nama Kecamatan di Kabupaten Bulukumba, tempat dimana bernaung desa-desa penghasil kopi-kopi terbaik. Juga inspirasi dari bahasa Belanda yakni “The Kingdom” berarti Raja atau tempat yang tinggi sesuai dengan letak geografis Kindang.