PENDETA MARTHEN LAYANI PAUD DENGAN HATI

KUPANG, POROS NUSANTARA – Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Benih Bangsa, Babau, Kecamatan Kupang Timur, Pendeta Marthen Yos Manafe, S.Th, tidak pernah membayangkan berada di tengah sekitar 50 bunda PAUD. Pasalnya, Pendeta Marthen bersama para bunda PAUD hadir mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) pengembangan kurikulum bahan ajar dan model pembelajaran PAUD di Kabupaten Kupang.

Bagi Pendeta Marthen,kehadirannya memberikan bukti bahwa untuk mendidik PAUD bukan soal perempuan atau laki-laki yang mengajar, tetapi bagaimana membawa hati yang tulus berdialog dengan anak-anak usia 3-6 tahun. Pendeta Marthen, kepada Poros Nusantara ketika ditemui di sela-sela kegiatan Diklat yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang di Hotel Pelangi Kupang, Jumat (27/10/2017) menuturkan, ketertarikannya mengajar anak PAUD berangkat dari selama ini berada di tengah-tengah anak-anak saat sekolah minggu. Pendekatan humanis dan dari ketulusan hati itulah yang mendorongnya untuk membentuk PAUD Benih Bangsa di Babau.

BACA JUGA  Bluebird Luncurkan Layanan Mobil Listrik, Menhub : Ini Akan Dukung Program Pemerintah Kurangi Emisi Gas Buang

pendeta marthenUntuk itu, ketika dinas mengundangnya untuk mengikuti diklat, tentu ada keharuan mendalam karena diklat ini memberi nilai positif dalam menambah wawasan untuk pendampingan anak PAUD yang berkelanjutan. “Saya enjoy berada di tengah para Bunda PAUD. Semua peserta adalah kaum perempuan dan saya sendiri peserta laki-laki. Bagi saya, mendidik anak PAUD bukan cuma tugas kaum perempuan tetapi kaum laki-laki juga bisa. Pola pendekatan untuk didik anak usia 3-6 tahun itu bukan dengan kekerasan tetapi dari hati bagaimana berkomunikasi dengan baik,’ katanya. Diklat seperti ini, kata Pendeta Marthen, sangat bagus dan diharapkan terus dilakukan karena saat ini cukup banyak PAUD di Kabupaten Kupang. Para guru yang sudah memiliki semangat dan kecintaan pada anak-anak, harus diberikan pembekalan pengetahuan yang cukup, tidak saja teori tetapi bagaimana mereka dilatih keterampilan agar bisa diterapkan di lembaga masing-masing.

BACA JUGA  Gakeslab Provinsi DKI Jakarta Gelar Rakerda I Untuk Rumuskan Program Kerja

Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, Pither Kaseh mengatakan, diklat ini diikuti 50 peserta dari kecamatan yang ada di Kabupaten Kupang. Dari total ini, paling banyak peserta diambil dari Semau dan Amfoang sementara selebihnya merupakan campuran dari kecamatan lainnya. Untuk Semau dan Amfoang, katanya, dari total 50 peserta, 25 diantaranya dari kedua daerah itu.

Alasannya, selama ini akses pendampingan buat guru PAUD di kedua wilayah itu memang sangat kurang apalagi daerahnya juga sangat terpencil dan terjauh. “Harapan kita bahwa dari diklat selama tiga hari (25-27 Oktober) para peserta dapat menangkap semua materi yang disampaikan para nara sumber terutama bagaimana aplikasi kurikulum 13 di lapangan. Selama ini memang para guru yang ada belum pernah ikut diklat dan ini momen yang pas buat mereka saling berbagi pengalaman. Dari hasil pengamatan kami selama ini, para guru PAUD masih menggunakan metode otodidak padahal sudah ada rambu-rambu yang diatur dalam kurikulum. Makanya dengan diklat ini mereka bisa mendapatkan pengalaman yang banyak sehingga ketika pulang nanti, apa yang mereka peroleh bisa diterapkan di peserta didik,” katanya.

BACA JUGA  LSM BARAK INDONESIA HADIR DI DKI Jakarta

Dari catatan yang ada di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, total PAUD di daerah ini sebanyak 548 PAUD dan yang sudah tercatat di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebanyak 423 PAUD sementara sisanya masih dalam termasuk PAUD baru sebanyak 125 PAUD. Untuk partisipasi kasar PAUD sampai 1 Juli 2017 mencapai 89 persen dan ini menjadi agenda rutin dinas ini melakukan kegiatan agar anak-anak usia PAUD dapat bersekolah dengan baik.

(Laporan : Erni Amperawati)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *