LADI BERTEKAD SUKSESKAN ASIAN GAMES XVIII/2018 TANPA DOPING

JAKARTA, POROS NUSANTARA – Lembaga Anti Doling Indonesia (LADI) perlu memperbanyak sosialisasi soal doping kepada atlet. Pasalnya, banyak atlet Indonesia yang terjerat doping hanya lantaran kurangnya pengetahuan terhadap makanan dan minuman yang mengandung doping. Termasuk di antaranya jamu.

Hal ini mengemuka dalam seminar bertajuk Bebas Doping Menuju Asian Games 2018 di Hotel Ambhara Jakarta, Sabtu (21/10). Hadir sebagai pembicara pada acara ini Prof Dr dr James Tangkudung Sport Medicine, M.Pd, Kepala Sport Science KONI Pusat Lilik Sudarwati S Psi, MH, Dr dr Leane Suniar Manurung Sp.GK dari INASGOC, dr Arie Sutopo Sp.OK, dan Ketua Harian SIWO.PWI-Pusat, Gungde Ariwanga.

Seminar ini dipandu oleh Tubagus Adi, wartawan senior SIWO sebagai moderator dengan peserta sekitar 40 orang wartawan dari media cetak, online, dan televisi.

BACA JUGA  Kecelakaan Maut di Wajo , Tiga Korban Meninggal Dunia

James Tangkudung yang tampil sebagai pembicara pertama menegaskan, devinisi dari doping itu adalah upaya seorang untuk meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis.

“Karena cara kerja doping dengan zat medis adalah mempercepat perkembangan otot dari semestinya sehingga dapat berdampak negatif terhadap jantung. Khusus bagi atlet yang mengonsumsi obat ketika sakit, mereka harus berkonsultasi kepada pelatihnya atau menulis daftar obat yang dikonsumsi ketika sakit,” kata Jamse Tangkudung.

Menurut dia, seluruh dunia sangat mengecam penggunaan doping pada atlet. Oleh karena itu bila ada atlet yang kedapatan menggunakan doping maka sanksinya cukup berat dengan hukuman yang bertahun-tahun. Demikian, doping dapat mematikan karier seorang atlet yang sedang bersinar sekalipun.

BACA JUGA  Ustadz ‘Jualan Emosi’ Lebih Laku, Ketimbang yang Mencerahkan

“Tapi di Rusia doping telah digunakan secara sistematis. Artinya negara terlibat dalam penggunaan doping kepada atletnya. Makanya tidak heran bisa banyak atlet Rusia yang tertangkap menggunakan doping,” lanjut Tangkudung.

Lebih jauh Tangkudung menegaskan, doping itu ada di sekitar kita. Itu sebabnya LADI diharapkan melakukan banyak sosialisasi kepada atlet agar terhindar dari perangkap doping. Terutama menyangkut minuman dalam kemasan yang jumlahnya sangat banyak dan beberapa di antaranya sudah mencantumkan kadar kafein yang terkandung di dalamnya.

Berbeda dengan Dr dr Leane Suniar Manurung Sp GK dari Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc) mengusung makalah “Kesiapan Inasgoc pada Doping Control AG 2018′. Begitu pula dr Arie Sutopo Sp KO dengan makalah ‘Perencanaan Doping Control di Asian Games dan Para Asian Games 2018′. Sementara itu Kepala Bidang Sport Science KONI Pusat, Lilik Sudarwati S Psi MH ikut membawakan makalah ‘Perspektif KONI Terhadap Pengawasan Doping, Apa yang Sudah dan Akan Dilakukan’. Di mata Lilik Sudarwati, doping bertentangan dengan semangat olahraga. Penggunaan doping untuk meningkatkan performa, menurut mantan atlet bulu tangkis ini, merupakan penipuan terhadap diri sendiri, orang lain dan nilai-nilai olahraga (sportivitas). “Penggunaan doping akan merusak organ tubuh dan menabung penyakit di kemudian hari bagi atlet,” katanya. Terakhir Ketua Harian Siwo PWI Pusat, Gungde Ariwangsa SH yang membawakan makalah bertajuk ‘Perspektif Media Terhadap Doping di Indonesia’.

BACA JUGA  Kunjungan Wali Nagari, Zainal Abidin Ke Istana Negara Membuahkan Hasil

(Laporan : Nasrico Sarwan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *