Dalam kesempatan yang sama Anggota Dewan Energi Nasional, Dina Nurul Fitria turut memberikan komentar tentang hal ini.
“Alhamdulillah saya senang, di kantor DEN ini kumpul anak-anak muda dari berbagai kampus dan organisasi kemahasiswaan membahas climate change yang sudah nyata kita rasakan dan hadapi saat ini. Kami dari DEN sebagai bagian dari pembuat kebijakan sektor energi, tentu program yang di gagas oleh Akar Desa Indonesia sejalan dengan arah kebijakan pemerintah. Kami sangat mendorong target tercapainya bauran energi EBET sebagai upaya untuk mengurasi emisi karbon yang yang berakibat pada peningkatan suhu bumi,” ujar Dina.
“Kami sampaikan juga bahwa Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) sudah selesei dibahas bersama dengan komisi VII DPR RI, kami berharap dukungan dan upaya kolaborasi adanya PP KEN yang baru dapar menjadi modal kita semua untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” sambungnya.
Selanjutnya koordinator nasional PWYP, Aryanto Nugroho juag memberi penjelasan.
“Desa memang sangat rentan terhadap perubahan iklim, perlu upaya serius untuk melakukan aksi-aksi nyata,” kata Aryanto.
“Terkhusus membumikan isu perubahan iklim bagi masyarakat desa,” tambahnya.
“Metode pendampingan dan strategi mensosialisasi perubahan iklim di desa berbeda dengan kita bicara dalam forum nasional dan kampus, maka perlu upaya serius serta turun langsung dan upaya pembentukan Perdes tentang adaptasi dan perubahan iklim perlu didorong kepada stakeholder di desa dengan berlandaskan keadilan,” jelasnya.
Dari Kementerian Desa Pembangunan daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Taofik Hidayat turut memberikan paparan.
“Kemendes PDTT hari ini sedang proses membahas program aksi desa ketahanan iklim. Tujuannya adalah untuk pemberdayaan masyarakat dalam Aksi Desa Berketahanan Iklim. Kami juga mendorong bagi desa yang serius terhadap desa ketahanan iklim, maka kami akan berikan insentif tambahan dana desa,” ungkapnya.