Porosnusantara.co.id – Sukabumi || Kementerian Pertanian maupun Menteri Pertanian yang ialah Syahrul Yasin Limpo (SYL) sering kali kerap ditemukan oleh pihak media melakukan kegiatan maupun program yang dikhususkan untuk mengedepankan pertanian Republik Indonesia pada bidang produktivitas juga efesiensi dalam berjalannya pertanian. Mentan (Menteri Pertanian) SYL pada tahun-tahun lalu demi efektivitas produksi pertanian komoditas padi menjalankan program IP 400.
Kepala Bidang Prasarana dan Sarana (PSP) Sukabumi, Deni Ruslan mengatakan program tersebut yaitu IP 400 juga sudah dijalankan di lahan daerah Sukabumi, Deni, Kepala Bidang Prasarana dan Sarana menuturkan IP 400 merupakan program 4 kali tanam 4 kali panen. Sangat disayangkan, Deni memaparkan fakta bahwa infrastruktur yang merupakan bagian krusial demi terjalannya pertanian di daerah Sukabumi tidak tercukupi untuk menjalankan IP 400 secara maksimal sebagaimana harusnya.
“Infrastruktur merupakan penunjang, walaupun penunjang juga sebagai penentu,” tegas Deni Ruslan saat wawancara di Kantor Dinas Pertanian Sukabumi, Jawa Barat.
Kabid PSP Sukabumi itu mengakui infrastruktur irigasi yang ialah kompenen mutlak untuk terjalannya IP 400 masih belum tercukupi, bahkan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi juga memperkuat hal tersebut dengan menyebutkan kunci keberhasilan IP 400 adalah air.
“Karena memang kalau air itu penentu utama untuk IP 400, jadi IP 300 menjadi IP 400 itu mutlak harus tersedia air sepanjang tahun,” tutur Deni perihal irigasi.
Selain itu tak hanya irigasi yang mendukung adanya pelaksanaan IP 400, beliau (Deni) menjabarkan bahwa prasarana dan sarana seperti peralatan pertanian (alsintan) merupkan kunci kedua untuk keberhasilan IP 400 di Sukabumi.
“Nah ini kita masih kekurangan, ibu ibu yang mengolah lahan itu dijadwalkan jadi tidak bisa cepat. Bagaimana ingin menghadapi IP (IP 400) kalau masih menunggu-menunggu. Dalam IP 400 tidak boleh menunggu, malah sistem culik,” jelas Deni kembali.
Deni Ruslan dalam permasalahan lambatnya para pelaku tani menjalankan produksi pertanian khususnya IP 400, memberikan sebuah solusi. Solusi itu adalah dengan memperbanyak alat-alat tani seperti traktor dan alat tani lainnya.
“Traktor, Transplanter itu yang dibutuhkan sekarang. Terutama traktor, karena sekarang kerbau sudah susah. Buruh tani juga sekarang mahal. Solusi sementara adalah dengan banyaknya alsintan,” sebut Kabid PSP Sukabumi pada media.
Terkait alsintan, ia juga menegaskan bahwa secara reguler dinas pertanian Sukabumi tidak mendapatkan satupun alsintan dari pemerintah pusat, tetapi dalam tutur Deni, alsintan yang diterima Dinas Pertanian Sukabumi banyaknya bersumber dari aspirasi-aspirasi masyarakat dan dana pokir yang sebagaimana tidak bisa ditentukan kemana perlatan tersebut diberikan, sebab peralatan yang bersumber dari aspirasi tersebut lebih mementingkan konstituennya.
“Kami secara reguler tidak pernah dikasih, tapi dari aspirasi banyak. Kita sudah mempetakan mana daerah yang kurang alat dan mana daerah yang surplus alat. Tetapi jika datangnya dari aspirasi pasti mementingkan konstituennya. Jadi kami mohon untuk disampaikan kepada Dirjen,” tuturnya.
Lebih parahnya lagi, beliau mengatakan terdapat kecamatan di daerah Sukabumi yang hanya mempunyai 1 peralatan tani. Tetapi beliau tak ingin menyebutkan daerah tersebut.
“Bahkan, ada kecamatan yang cuma satu alat. Itu ada disana central produksi alatnya sedikit,”
Untuk mengedepankan dan meningkatkan produktivitas kerja pertanian Sukabumi IP 400, ia berpendapat bahwa traktor sampai dengan alsintan lainnya harus disiapkan dan jangan mengandalkan pokir, melainkan usulan Kepala Dinas Pertanian setempat yang menentukan kemana perlatan tersebut diserahkan demi berjalannya pertanian secara baik.
Selanjutnya, PSP (Prasarana dan Sarana Pertanian) dalam mendukung adanya IP 400 juga mengirimkan beberapa jenis pupuk bersubsidi kepada pertanian Sukabumi, ia mengatakan untuk kisaran harga pupuk merupakan keputusan pemerintahan pusat yang bertanggungjawab. Pupuk-pupuk bersubsidi tersebut diantaranya ialah pupuk Urea, NPK, SP-36. Tetapi pada pernyataan Deni, Kementerian Pertanian merencanakan bahwa pupuk bersubsidi pada bulan Juli yang akan datang berdasarkan hasil rapat kerja subsidi SP-36 akan dihapuskan.
“Kami berharap SP-36 jangan di hapus, itu menurut opini saya tapi kalau keputusan mereka ya mau bagaimana,” tanggapan Deni berdasarkan keputusan pemerintahan pusat.
Selanjutnya pupuk bersubsidi tersebut juga akan disalurkan untuk 9 komoditas saja (padi, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai dan tanaman perkebunan lainnya) yang semula sebanyak 70 komoditas tanaman. Deni juga mengingatkan akan adanya ketidaksukaan para petani dengan kebijakan pembatasan tersebut.
“Akan jadi masalah buat daerah, pasti petani gak mau tau soal itu. Mereka bertanyanya bukan ke pak Dirjen, tetapi ke Kepala Dinas,” lanjut Deni.
Pada irigasi sendiri, Deni sebagai Kabid PSP Sukabumi menjelaskan dimana terdapat potensi yang besar untuk dijadikan embung pada wilayah-wilayah tertentu. Sayangnya ia mengatakan bahwa hal tersebut sulit untuk dilaksanakan, kesulitan itu jelas Deni terdapat pada status tanah yang akan dijadikan embung.
“Kalau embung itu sebenarnya banyak punya potensi tetapi problemnya di masalah lahan. Sebab embung butuh lahan luas, sehingga biasanya seolah-olah kalau mau di bangun itu suka minta ganti rugi. Kita hanya untuk bangunannya saja,” Respon Kabid PSP saat ditanyakan embung daerah Sukabumi.
Selain itu permasalahan lainnya menurut Kepala Dinas Pertanian Sukabumi, Thendy Hendrayana menyebutkan tidak mempunyai dana untuk membeli lahan-lahan yang akan di bangun embung. Deni ikut menuturkan, pertanian tidak seperti PUPR yang mempunyai wewenang dan dana untuk melakukan pembelian lahan terkait.
“Cuma ya tadi, kalau kita seperti anggaran PUPR pasti bisa membeli lahan, ya aman. Ini kan tidak bisa, untuk memperbaiki jalan saja kita hanya dikasih anggaran cuma untuk ngebatu saja,” respon Deni Ruslan.
Selanjutnya, Sukabumi yang merupakan salah satu daerah terbesar untuk produksi pertanian nasional mempunyai beberapa komoditas unggulan yang patut untuk diberi lirikan, salah satunya yaitu pajale (padi, jagung, dan kedelai) yang tengah di prioritaskan juga oleh pemerintah pusat atau Kementerian Pertanian. Selain komoditas pokok tersebut, pertanian Sukabumi yang di tuturkan oleh Kepala Dinas Pertanian Sukabumi yaitu Thendy Hendrayana juga memiliki komoditas tumbuhan bunga yang laku keras di pasar ekspor dengan target negara Korea, ia (Thendy) menambahkan tumbuhan bunga tersebut laku keras saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia beberapa waktu lalu.
“Yang menarik di Sukabumi ada beberapa komoditas yang hari ini unggulan, bahkan sudah ekspor, diantaranya tanaman bunga,” jelas Thendy di kantor Dinas Pertanian Sukabumi, Rabu (6/7/2022).
Kepala Dinas Pertanian Sukabumi, Thendy memberikan informasi bahwa pertanian Sukabumi mempunyai kurang lebih 4000 kelompok tani yang tersebar di 47 Kecamatan dengan luas lahan sawah sebesar 140.000 hektar, sehingga prasarana dan sarana yang datang dari Kementerian Pertanian sangat dibutuhkan.
“Secara keseluruhan luas sawah di kami (Sukabumi) itu 140.000 hektar,” tutup Kepala Dinas Pertanian Sukabumi.