Seharusnya, sebutnya, tidak boleh ada truk yang menggunakan tangki tambahan. “Saya sudah minta untuk operator tidak melakukan pengisian truk yang menggunakan tangki tambahan. Karena itu sudah menyalahi aturan, setiap truk itu maksimal boleh mengisi solar 200 Liter,” katanya.
Alfian mengatakan kuota solar nasional mencapai 14,9 juta kilo Liter (KL). Kuota solar subsidi Sumbar 411.028 KL per tahun, atau 34.252,3 KL per bulan atau atau rata-rata setiap harinya 1.123 KL. Jika terjadi kenaikan sebesar 5 persen, maka setiap harinya akan dialokasikan sebesar 1.182 KL atau 431.579 KL per tahun. Angka tersebut dinilai belum mencukupi, karena pasokan yang paling aman adalah sebesar 474.500 KL per tahun atau 1.300 KL per hari.
Untuk Ramadhan dan Lebaran, katanya, secara nasional stok BBM mencukupi. Di Sumbar pun, dari informasi Terminal Pertamina Teluk Kabung mencukupi. Baik itu solar, pertamax dan pertalite secara nasional mencukupi untuk 23 hari. Pertamina sudah mengantisipasi untuk adanya permintaan menjelang Lebaran nanti. Apalagi PPKM kan Sudah longgar dan masyarakat mudik lebih banyak ke Sumbar.
“Kami sudah mengantisipasi itu dan stok sudah disiapkan. Jadi beberapa SPBU di jalur mudik dan jalur logistik akan dibuka 24 jam. Ada posko-posko Lebaran dipersiapkan, tidak hanya untuk pelayanan BBM tapi juga untuk pelayanan elpiji 3 Kg maupun elpiji non PSO (non subsidi). Lebaran kali ini hampir sama dengan 2019,” sebutnya.
Alfian juga mendapatkan info langsung di lapangan, masyarakat Sumbar lebih menyukai pertamax dibandingkan pertalite. Mungkin karena pertamax kualitasnya lebih bagus daripada Pertalite. “Saya lihat peminatnya masih banyak. Jadi, saat ini meskipun harga Pertamax sudah dinaikkan sekitar Rp3.500 tapi masyarakat Sumbar tetap memilih pertamax. Karena tadi saya tanya mereka tahu dari media, harusnya secara ekonomi pertamax itu harganya berapa, mereka tahu. Jadi, untuk lebih efisien dan irit karena kualitasnya lebih bagus tadi kami lihat warga lebih memilih pertamax,” katanya. (Riko)