Jadi sisanya sekitar lebih dari 700 hektar lagi disebut masih menunggu klarifikasi. Nantinya akan ada food estate di Wonosobo dan Temanggung, di mana sebanyak 300 hektar.
Ketiga, food estate di NTT. Lahan yang sudah tersedia ada 5.000 hektar, 2.000 hektar untuk padi dan 3.000 adalah jagung. Syahrul mengatakan sekitar 400.500 hektar hasil jagung di sana memang masih kecil.
Syahrul juga menjelaskan, karena ini masih pertama kali dan ada masalah air masih yang utama. Jadi kami mengejar 2 kali tanam, pada musim rendengannya dipercepat, untuk tiga wilayah pertama food estate itu boleh dikatakan sudah berhasil 100%, bahkan mengamati kondisi tersebut,Kementan berencana akan mencoba food estate di wilayah Beli, NTT, meskipun kondisi lahan pertanian yang kering,
“Tetapi alhamdulillah 2 kali panen sudah ada 153 ton dari 50 hektar. Terakhir ini sudah ada pemasukan Rp 400 juta lebih 50 hektar itu. Bapak meminta untuk itu dikembangkan menjadi 10rb hektar, dan ini tentu saja kondisi tersebut juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani “tukasnya.
Sementara itu, dari penjelasan Mentan Syahrul Yasin Limpo tersebut, terkait dengan upaya Pemberdayaan food estate untuk pemberdayaan kehidupan petani dan juga untuk kepentingan ketahanan pangan, koresponden porosnusantara.co.id di wilayah Kab Belu, NTT mencoba menggali respon maupun komentar dari masyarakat, dengan menemui salah seorang petani yang tinggal di Belu, NTT, sebut saja Andreas (40), Senin,11/4/2022.
Ia mengatakan bahwa dirinya sangat menyambut baik program kementerian pertanian mengenai rencana mendirikan food estate di wilayah Kab Beli, NTT, hal ini tentunya sangat berdampak positif bagi warga Belu, pasalnya dengan adanya food estate tersebut, masyarakat turut bisa diberdayakan.
“Kami sangat senang, dengan adanya program food estate, karena dampaknya sangat luar biasa dirasakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani di wilayah Belu, NTT, food Estate hadir, dan sukses petani turut sejahtera”pungkas Andreas .(red)