Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) memfasilitasi Pertemuan the Working Group on Agriculture, Food and Forestry Cooperation yang ke-22 (WGAFFC) di Hotel Novotel Bandar Lampung, Rabu (10/7) lalu. Pertemuan bilateral yang melibatkan pemerintah Indonesia dan Australia tersebut digelar untuk membahas isu-isu peternakan, hortikultura, dan perkarantinaan, serta merumuskan kerja sama teknis yang strategis dan konkrit.
Secara khusus, Plt. Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono meminta pihak Australia untuk memberikan akses pasar yang luas bagi komoditas hortikultura Indonesia, seperti pisang, nanas, mangga, salak, dan manggis untuk dapat masuk ke pasar Australia.
“Fasilitasi akses pasar ini juga harus didukung kerja sama teknis dan capacity building dari pihak Australia. Sehingga Australia tidak hanya membuka pasarnya untuk produk pertanian Indonesia, akan tetapi melakukan kerja sama dalam peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia,” ungkap Momon saat dimintai keterangan, Jumat (12/7).
Pada pertemuan sebelumnya yang diadakan pada bulan Februari 2018 di Meulbourne, Kementan yang diwakili oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan) telah berhasil mencapai kesepakatan diantaranya disetujuinya metode iradiasi untuk ekspor komoditas mangga dan buah naga, juga ekspor produk olahan ayam yang harus sesuai dengan persyaratan biosecurity Australia.
Agenda pertemuan bilateral tersebut juga dirangkaikan dengan kegiatan kunjungan lapang ke unit usaha hortikultura yang ada di provinsi Bandara Lampung. Pada kesempatan itu, delegasi Australia mengunjungi perusahan Great Giant Food (GGF), salah satu produsen terbesar pisang dan nenas di Indonesia.
“Kunjungan ini menjadi sangat penting sebagai upaya Indonesia dalam mempromosikan dan meyakinkan pihak Australia dalam hal kesiapan komoditi pisang dan nenas untuk memasuki pasar Australia,” jelas Momon.