Kemitraan Importir dan Petani Dorong Perluasan Areal Tanam Bawang Putih

Porosnusantara.co.id – Pemerintah telah mencanangkan swasembada bawang putih. Bukan mimpi, karena tahun 1994-1995 Indonesia pernah mencapainya, bahkan bawang putih sempat mendapat sebutan white diamond.

Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengatakan untuk mengembalikan kejayaan white diamond, pemerintah dalam hal ini Kementan menggerakan kembali petani untuk mau menanam bawang putih. Salah satunya dengan menggandeng importir bermitra dengan petani.

“Kemitraan antara petani dengan importir semakin luas. Tahun lalu ada sekitar 40 importir. Namun yang tidak sesuai aturan kita black list,” demikian kata Suwandi di Jakarta, Rabu (15/5).

BACA JUGA  Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Hasil Penghitungan dan Perolehan Suara Pemilu Tahun 2019

Seperti diketahui, Kementan telah mengeluarkan kebijakan bagi importir yang mendapat Rekomendasi Izin Impor Hortikultura (RIPH) untuk ikut membudidayakan bawang putih bermitra dengan petani. Dalam kebijakan itu, importir wajib menanam 5 persen dari kuota impor.

“Jadi sebelum melakukan impor, importir harus menanam bawang putih terlebih dahulu,” tegas Suwandi.

Lebih lanjut Suwandi menuturkan program swasembada bawang putih memang dilakukan secara bertahap. Baik pengembangan melalui dana APBN, kemitraan importir dan petani, maupun swadaya petani. Saat ini luas pertanaman bawang putih terus meningkat, yakni jika tahun 2017 pertanaman bawang putih hanya di 2 kabupaten yakni Temanggung dan Lombok Timur, maka tahun 2018 sudah 80 kabupaten.

BACA JUGA  Fendy Perdana ‘Brama Kumbara' Apresiasi Program Poliran Polda Banten

“Rencananya tahun ini akan bertambah di 110 kabupaten dengan target luas areal pertanamannya 20 sampai 30 ribu hektar,” tuturnya.

Dari hasil kajian, potensi lahan untuk pengembangan bawang putih seluas 600 ribu ha. Pada tahun 2017 luas pertanaman bawang putih hanya 1.900 ha. Namun dengan program pemerintah tahun 2018 naik menjadi 11 ribu ha. Dari penanaman seluas 11 ribu ha itu, hasil panennya akan dijadikan benih untuk penanaman seluas 20-30 ribu ha. Tahun 2020 diharapkan ada penanaman 50 hingga 60 ribu ha dan tahun 2021 seluas 90 sampai 100 ribu ha.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *