Porosnusantara.co.id – Kebutuhan benih berkualitas menjadi tuntutan seiring dengan program swasembada pangan dan tren ekspor hortikultura. Tantangan dunia perbenihan umumnya terkait fluktuasi harga termasuk persaingan dengan produk benih dari luar negeri. Kebutuhan benih masing – masing daerah berbeda dikarenakan variasinya kondisi agroklimat tanah air.
Tidak dapat dipungkiri, benih impor masih banyak ditemui di dalam negeri. Kementerian Pertanian secara massif melakukan upaya pemenuhan benih sendiri untuk mendukung dan memajukan perbenihan nasional. Swasembada benih bawang merah dan cabai terlaksana sejak 2016. Sementara swasembada benih bawang putih tercapai pada tahun ini.
Program tersebut tentunya tak lepas dari peran stake holder baik pemerintah daerah maupun kalangan swasta itu sendiri. Bahkan belum lama ini Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMB -TPH), melaksanakan bimbingan teknis bagi Analis Laboratorium dan Petugas Pengambil Contoh Benih (PPC).
Kegiatan tersebut diikuti oleh kurang lebih 72 peserta yang terdiri dari BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih), Balitsa (Balai Penelitian Sayuran), UPT Perkebunan Jawa Timur dan pelaku industri benih swasta nasional.
“Benih adalah faktor utama dalam rangka budidaya pertanian dan menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan pertanian. Maka peran analis benih dan petugas pengambil contoh benih di lapangan , sangat penting. Dengan demikian perlu dilakukan pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi di bidangnya,” ungkap Kepala Balai BBPPMB – TPH, Warjito.
Catur Setiawan, Bidang Pengawasan Mutu Benih Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, mengungkapkan bahwa dewasa ini tantangan sertifikasi dan pengawasan benih di Indonesia kian beragam.