Porosnusantara.co.id, Lubuklinggau – Kesesuaian kualifikasi pendidikan masih menjadi kendala dalam penyerapan tenaga kerja lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk mengatasi hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kebudayaan) berkomitmen untuk menyelaraskan kualifikasi lulusan SMK dengan tuntutan dunia kerja. Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Sesjen Kemendikbud), Didik Suhardi, saat membuka Pekan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Provinsi Sumatera Selatan, di Kota Lubuklinggau, Sabtu (20/4/2019).
“Tenaga kerja di Indonesia 50% persen masih diisi oleh lulusan SMP ke bawah, kemudian sekitar 30% diisi lulusan sekolah menengah, sedangkan yang lulusan sarjana masih sekitar 10%. Jadi tenaga kerja kita sebagian besar masih diisi oleh lulusan SMP ke bawah. Ini tidak menguntungkan kalau kita tidak segera meningkatkan tingkat kualifikasi pendidikan angkatan kerja kita,” tuturnya.
Untuk itu, Didik Suhardi mengimbau agar satuan pendidikan SMK dapat menyeleksi jurusan yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha. “Minimkan output lulusan dari jurusan yang di dunia usaha sudah jenuh,” ujar Didik. Jurusan elektronika otomatif dan perfilman, menurut Didik, merupakan dua jurusan yang sangat prospektif dan dibutuhkan oleh dunia industri.
Di samping itu, Didik mengungkapkan, penyiapan lulusan SMK harus menyesuaikan dengan perubahan dan tuntutan globalisasi. “Persoalan kita sekarang ada di kualitas, tuntutan dan dunia yang semakin mengglobal menuntut pendidikan kita harus selalu ditingkatkan,” ungkap Didik. Karena itu, siswa sebagai generasi penerus Indonesia harus ikut serta berkompetisi di era globalisasi. “Kita perlu menyiapkan anak-anak Indonesia untuk bisa berkompetisi dengan sehat, berkualitas tinggi sehingga mereka bisa mengisi pembangunan di Indonesia. Dan pembangunan di Indonesia tidak diisi oleh orang lain tetapi diisi oleh orang Indonesia sendiri,” ujarnya.