SOE, POROS NUSANTARA – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadyah, Haedar Nashir beserta rombongan dalam lawatannya sehari ke Desa Tliu, Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) disambut pasukan berkuda dan sapaan adat natoni. Kedatangan Ketua umum di Desa ini dalam rangka pencanangan gerakan tutup bumi hijau lestari dengan penanaman anakan trambesi, mahoni, mangga dan flamboyan dengan tujuan untuk menyuburkan kembali lahan untuk kehidupan masyarakat Tliu. Ketua umum juga berkesempatan meresmikan tandon air dan meresmikan Sekolah Dasar Muhammadyah.
Ketua PP Muhammadiyah dihadapan ratusan warga Desa Tliu, Senin (6/11/2017), menjelaskan, kehadiran dirinya bersama rombongan guna membagi kebahagiaan dan ilmu bersama-sama masyarakat Desa Tliu membangun dari kawasan timur. Atas nama rombongan dirinya mengucapkan terimah kasih atas penyambutan yang luar biasa dari masyarakat Tliu, dan juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Kadir sebagai penggagas berdirinya SD Muhammadyah dan panti asuhan, yang telah bersusah payah dan penuh pengorbanan merintis pembangunan ini.
Menurutnya, kehadiran rombongan sangat lengkap sebagai bentuk ungkapan rasa kekeluargaan dengan keluarga besar masyarakat dan tokoh adat Desa Tliu yang menyambut dengan penuh suka cita.
“Waktu kami masuk dikawasan ini disambut dengan pasukan berkuda dan adat natoni. Kami belum pernah rasakan seperti ini, disambut dengan penuh persahabatan dan keceriaan, “katanya.
Haedar juga mengatakan bahwa kehadirannya bersama rombongan di TTS khususnya di Desa Tliu baik lewat sekolah, lewat usaha pemberdayaan masyarakat termasuk penanaman pohon bukan untuk Muhammadiyah, tetapi untuk masyarakat Desa Tliu.
Dirinya mengakui bahwa sebulan yang lalu, kegiatan seperti ini juga dilakukan di Dayak Kalimantan Barat. Dirinya menghargai usaha-usaha yang dilakukan oleh pengurus-pengurus Muhammadyah dan ia juga tidak bisa membayangkan dalam kondisi penuh tantangan tetapi berhasil membangun gedung SD Muhammadiyah di daerah ini.
Haedar juga berharap, semua pihak baik pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa bersama-sama memiliki tujuan yang sama yakni ingin mencerdaskan, memajukan dan ingin mensejahterakan seluruh masyarakat tanpa kecuali, dan tanpa diskriminasi.
“Kami dan kita semua disini duduk berkumpul bersama, biar beda Agama, suku bangsa, berbeda kedaerahan kita dipertemukan ingin membangun daerah ini dalam semangat kebersamaan,” katanya.
Dirinya salut dengan ungkapan ” satu hati satu jiwa”. Uangkapan itu sangat luar biasa artinya, walaupun beda Agama, beda golongan, beda suku bangsa tapi satu. Jika ada masalah tetap diselesaikan dalam semangat satu hati, satu jiwa ini.
Dikatakannya, Muhammadiyah hadir di Negara ini tidak lain karena semangat kebersamaan.
Sementara itu, pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat( LPM) Muhammadiyah, Nurul Yamin mengatakan, awal pembangunan gedung panti asuhan dan SD Muhammadiyah ini Tahun 2011 dan baru selesai awal November 2017.
Diakuinya, perjalanan pembangunan ini agak lambat dikarenakan banyak hal tetapi seiring berjalannya waktu dan bantuan dari berbagai pihak, kedua gedung ini diselesaikan dengan baik.
Dirinya mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dari Yayasan Muhammadiyah, LPM, dan beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang telah membantu untuk penyelesaian gedung ini.
Harapannya kedepan gedung yang sudah dibangun, bisa sempurna lagi dan hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan yang belum memadai, bisa terselesaikan sesuai harapan.
Abdul Kadir, atas nama Pengurus Sekolah Dasar dan Panti Asuhan di Desa Tliu, Amanuban Timur, TTS menjelaskan, Area tanah seluas 7 hektar untuk membangun SD dan panti asuhan ini adalah hibah dari bapak Paulus Litiano, seorang tokoh adat dan kepala suku beragama Nasrani yang berada di Desa Tliu. Dengan keberadaan kedua lembaga ini, Abdul Kadir terdorong semangat untuk terus berjuang membangun sekolah dan panti asuhan ini. Dalam benaknya ia berpikir, untuk memajukan masyarakat disini, harus lewat pendidikan formal maupun non formal untuk bisa lepas dari kebodohan dan kemiskinan.
“Saya berpikir desa ini, masyarakat ini, daerah ini apa bila mau maju kedepan harus lewat pendidikan formal maupun non formal untuk bisa lepas dari kemiskinan dan kebodohan. Miskin harta bagi kami tidak jadi soal tapi miskin ilmu itu soal besar bagi kami,” tegasnya.
Dirinya menilai, untuk mengatasi hal ini maka, kebersamaan modal utama untuk bisa memajukan anak negeri di kawasan Indonesia Timur.
Kadir juga menjelaskan, jumlah murid SD Muhammadiyah di Desa Tliu, Amanuban Timur sebanyak 30 orang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas 1 dan 2 dengan program unggulan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Pantauan PorosNusantara, anak-anak SD Muhammadyah menunjukkan kebolehannya dengan berbahasa Arab dan Inggris di hadapan para undangan yang hadir, dan disambut riuh tepuk tangan. Dalam acara tersebut dari berbagai pihak juga membantu untuk kelanjutan pembangunan sekolah ini antara lain, Rektor Universitas Mummadyah HAMKA, Rektor UM Yogyakarta, Rektor UM Surakarta, Dr. Zainur Wula ( Rektor UMK masa bakti 2017-2021) dan Awang Notoprawiro yang merupakan tokoh Muslim NTT. Dari kegiatan inipun dilakukan kegiatan pengumpulan dana amal sebesar Rp 550 juta dan bantuan hewan sapi sebanyak 20 ekor untuk pembibitan dari Awang Notoprawiro. Dari PP Muhammadyah juga memberikan bantuan 1 unit sepeda motor untuk operasional dan dari Mahasiswa/i Universitas Muhammadyah juga memberikan bantuan berupa Buku dan alat-alat tulis.
(Laporan : Erni Amperawati)