Jakarta – PorosNusantara.co.id
Matahari itu bukan hanya menerangi tetapi juga menghidupkan ekosistem, memberikan kehidupan pada semua mahluk hidup di Bumi. Artinya secara analogi bahwa itu yang berkuasa tertinggi.
Apakah itu “matahari” di Partai ataukah matahari di Republik ini. Namun kita melihat bahwa Matahari akan silam juga, tidak mungkin bersinar selamanya. Matahari di tangan kanan dan rembulan ditangan kiri, kata lagu Bimbo.
Ketika Matahari silam, rembulan itu juga indah. Rembulan itu bersinar karena ada matahari, jadi ketika silam tentu matahari akan berganti.
Dulu pak SBY sekarang berganti pak AHY, pak SBY-nya tetap bersinar seperti rembulan. Pak Jokowi yang dimaksud dalam analogi dua matahari itu, satu telah silam dan yang satunya akan menjadi rembulan.
Ini ada Koalisi Indonesia Maju yang mau berlayar bersama-sama menuju Indonesia Emas. Ada “matahari-matahari” di orbit partai masing-masing yang tujuanya sama.
Kalau crash landing, itu berarti pilotnya atau esawatnya ada masalah, mudah-mudahan tidak terjadi. Kalau kita melihat ada agenda dari Prabowo sebagai presiden, itu adalah melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh presiden Jokowi.
Kita mengharapkan transisi ini bukan dari orang yang beroposisi, yang pernah beroposisipun akhirnya bergabung seperti Demokrat.
Artinya nanti nahkodanya Prabowo yang akan berlayar menuju Indonesia Emas dan masing-masing memiliki tugas yang telah disepakati.
(Disadur dari : Dua Sisi TV One, Kamis 12/09/24)
(Red-JBL)