Gede Pasek Suardika
Jakarta-PorosNusantara.co.id
Demokrasi di negara dimana budaya literasi lemah memang seringkali berakibat hiruk pikuk jauh dari substansi demokrasi.
Kita telah memilih demokrasi dimana pemimpin dipilih oleh rakyat dengan pemilihan. Karena itulah para kandidat yang maju akan berkompetisi adu visi misi dan program strategis. Selain itu akan diteliti juga rekam jejak masing masing baik positif maupun negatif. Tujuannya jelas agar pemilih sebelum hari H pemilihan mendapatkan gambaran selengkapnya tentang siapa yang akan dipilihnya di TPS.
Agar kita tidak baper berpolitik terutama para tim sukses dan pendukung masing masing maka perlu dicermati perbedaan makna kampanye yang selama ini ada untuk mengenalkan dan mempengaruhi pemilih.
Ada beberapa istilah yang perlu dipahami secara wawasan dengan baik. Antara lain:
1. Positive Campaign yaitu kampanye menampilkan sisi positif dari kandidat dan biasanya dilakukan oleh Tim sukses masing masing. Semua sisi positif diangkat dan diulas agar menarik minat pemilih.
Kalau di Pilgub: Kubu Koster Giri sebut dirinya berpengalaman, banyak proyek besar yang dibangun dan lainnya. Akan melanjutkan Pusat Kebudayaan Bali, paling peduli adat dll.
Kubu Mulia Pas sebut Satu Jalur, akan lanjutkan Bali Mandara, Bangun Bandara Bali Utara, Stadion standar Nasional atau Internasional di Bali Utara.
Saling mendeklare kelebihan masing masing…
2. Negative Campaign yaitu kampanye mengkritisi kandidat lawan dengan mengambil sisi lemah, inkonsistensi sikap, rekam jejak, pengalaman kegagalan dan lainnya. Bisanya hal ini hadir dengan data fakta dan jejak digital dan biasanya yang kena Negative Campaign akan melakukan klarifikasi, pelurusan maupun pembelaan diri atas Negative Campaign yang ditujukan kepadanya.
Contoh: Kubu Koster Giri tuding pasangan Mulia Pas tidak pengalaman, preman, pendidikan kalah, tidak mengerti kelola pemerintahan dll
Kubu Mulia Pas tuding Koster gagal karena nutup sistem boarding school sekolah Bali Mandara, anggaran defisit 1,9 T, beban hutang Rp 250 miliar pertahun, ketika menjabat terlalu sering keluarkan himbauan tanpa solusi dll