“Kami berharap kepada pihak perusahaan jangan hanya memikirkan keuntungannya sendiri, namun dipikirkan juga nasib warga disekitar perusahaan. Kalau bisa pihak perusahaan segera mengatasi pencemaran limbah serta polusi tersebut, dan bila tidak di tanggapi kami berencana untuk segera melaporkan hal ini ke dinas terkait,” ucap Jeksen dengan nada geram.
Hal senada juga di sampaikan oleh Frans Kapisa seorang warga pesisir pantai Wadio bahwa sebagian besar warga disini mencari ikan di laut dengan menggunakan jaring ikan. Ketika kami buang jaring ke laut yang kami angkat jaringnya bukan mendapatkan ikan, tetapi limbah serbuk kayu yang sudah tercemar di pantai yang menjadi hasil tangkapan kami.

“Dengan adanya tumpahan limbah kayu ke laut, ikan sulit di tangkap dan hal ini bisa memakan waktu berjam-jam untuk mendapatkan ikan, tentunya ini membuat kami stres dan merugi akibat laut yang menjadi mata pencarian sudah tercemar oleh limbah. Apabila pihak PT. EDP tidak menaggapi keluhan kami, maka hal ini akan mengancam kehidupan kami warga nelayan di pesisir pantai Wadio,” beber Frans.
Sementara menanggapi keluhan warga, pimpinan PT. Eka Dwika Perkasa Sri Ganyo mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan segera memasang bronjong guna pembuatan talut agar limbah yang ada tidak mencemari laut di pesisir pantai. Dugaan pencemaran tersebut bukan karena di segaja namun hal itu terjadi oleh karena pagar penahan limbah kayu patah di terjang ombak.
“Terkait Asap pengolahan arang, saat ini kami dalam tahap pembenahan konstruksi pipanya dan dalam waktu dekat semuanya akan di selesaikan agar asap nya tidak menjadi polusi yang menggangu lingkungan,” terang Ganyo.