Kupang, Poros Nusantara – Ketua umum Himpunan Pengusaha Muda ( HIPMI) NTT, Athur Ivan Lay mengapresiasi pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang membuat terobosan untuk melepaskan diri dari stigma ekonomi tertinggal, masyarakat tertinggal dan daerah tertinggal. Pemerintahan Gubernur NTT Frans Lebu Raya sudah membuat satu terobosan yaitu ” New Tourism Teritory”, dalam bidang pariwisata dan ini harus menjadi lokomotif ekonomi NTT.
Athur Lay yang merupakan pengusaha muda yang punya motivasi cemerlang ini saat dijumpai di ruang kerjanya, Kamis ( 15/3/2018) secara gamblang mengatakan, sebagai Ketua HIPMI yang baru dilantik periode 2018-2021 dirinya sudah menyiapkan 6 langkah strategis untuk menjawabi tuntutan HIPMI NTT ke depan. Langkah pertama yang diambil adalah: menjadikan HIPMI sebagai mitra pemerintah, dengan berpartisipasi serta ikut memberikan kontribusi yang konstruktif serta menjadi mitra aktif dengan program – program unggulan pemerintah untuk membangun NTT. Selanjutnya untuk meningkatkan ekonomi NTT, kata Athur untuk program ke 2, HIPMI yang merupakan orang – orang muda sebagai generasi penerus, maka harus bertindak, bersikap dan berpikir jauh kedepan serta mempunyai rasa optimisme untuk melewati tantangan yang ada.
Dirinya menyadari, pengusaha muda saat ini kurang akan modal usaha, untuk itu HIPMI hadir untuk menjawab tantangan itu dengan program ke 3 yaitu bapak asuh atau lebih dikenal dengan kakak asuh, dengan penandatanganan MOU bekerja sama dengan BRI, BNI dan bank Artha Graha. Sedangkan untuk BNI sendiri belum ada penandatanganan tapi sudah ada kesepakatan sehingga saat ini sudah ada 4 perbank kan untuk kerjasama dengan HIPMI.
Athur juga berharap dengan program ini, bisa bekerja sama dengan BPD NTT. Saat ini persaingan bebas, MEA sudah masuk wilayah Indonesia. Yang perlu disiapkan untuk strategi ke 4 ini menurut Athur adalah buat NTT menjadi inkorporatif dengan maksud, ada 1 payung bersama yaitu gabungan dari anggota HIPMI didalam satu holding company yang besar, untuk bisa bersaing secara kompetitif maupun konperatif agar bisa bersaing secara permodalan dan perlu bergandengan tangan sehingga mampu bukan hanya menjadi tuan di rumah sendiri, tetapi juga mampu menyerang untuk masuk ke daerah – daerah lain.