Mereka bisa membentuk koperasi yang menyediakan kebutuhan makan siang dan mengatur segala sesuatunya. Mulai dari membeli alat makan, sendok, menyiapkan menu, dan segala macam yang dikelola secara bersama. Dimana kebersamaan itu kata dia sangat penting. Artinya, pengelolaan koperasi ini harus manusia seutuhnya.
“Kata kuncinya tandas Meutia adalah secara bersama-sama dan itulah akan membentuk sinergi, yaitu kemampuan yang berlipat-ganda untuk menyelesaikan kepentingan bersama dan disinilah dibutuhkan kecerdasan. Jadi anggota koperasi tak harus sejahtera dulu, namun cerdas dulu baru kemudian bisa sejahtera secara bersama-sama,” jelasnya.
Meutia menambahkan untuk membangun koperasi menjadi satu kekuatan ekonomi, perlu dibentuklah jejaring koperasi. Dimana satu koperasi dengan koperasi yang lain bisa membentuk sinergii berdasarkan prinsip saling menguntungkan. Misalnya, kata dia mencontohkan, koperasi batik dulu pernah berjaya dan beberapa waktu mampu menguasai industri huli hingga hilir di bidang batik.
“Kan dulu sempat mencuat ada Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) dan sampai saat ini masih memiliki genung bergengsi di kawasan Semanggi. Namun karena kebersamaan dan jejaring itu tidak dijaga, maka lama-kelamaan akan tenggelam,” tegasnya.
Menurutnya ada beberapa negara yang memiliki koperasinya maju-maju karena dibangun atas dasar kebersamaan. Misalnya di Kolumbia, Amerika Selatan, padahal dulu negara-negara ini dikenal sebagai produsen dan kartel kokain, kini menjadi produsen bunga hias terkemuka di dunia. (PR). ,