Dikatakannya, masyarakat Eropa dan Amerika umumnya terkesan dan terkesima serta terkagum-kagum dengan budaya tenun ikat NTT yang kaya dan luar biasa, “Makanya saya bilang NTT itu kaya dan saya bisa tampilkan budaya NTT di New York.Saya juga mohon Do’a restu seluruh warga NTT, karena pada Maret 2018 ini saya akan ke Paris Fashion week untuk memperkenalkan tenun ikat hasil dari 3 Kabupaten yakni, Kabupaten Alor, Sabu Raijua dan Rote Ndao. Mudah-mudahan kedepannya saya bisa tampilkan hasil tenun ikat Kabupaten lainnya di dunia Internasional ini, semata-mata untuk memperkenalkan Nusa Tenggara Timur. Kenapa Fashion, karena ini dapat membantu para pengrajin tenun ikat, karena selama ini pengrajin hanya menenun tetapi pemasarannya tidak tau mau kemana. Makanya kita tampung hasil tenunan dari para pengrajin tenun asalkan berkualitas” kata perempuan cantik yang selalu berbusana tenun ikat NTT ini.
Menurutnya, dengan kehadiran IWAPI di NTT dirinya lebih bersemangat lagi, karena para kaum perempuan bisa berkolaborasi dan bergandengan tangan untuk memperkenalkan NTT ke Dunia Luar. “Saya senang sekali dengan adanya IWAPI di NTT nantinya akan berkolaborasi dengan pemerintah untuk menjaring Usaha Kecil Menengah( UKM) di tingkat bawah.
“Selama ini orang bilang “Krismon” atau Krisis moniter tapi menurut saya tidak, harusnya kita melihat peluang apa yang bisa kita kembangkan” kata istri dari Viktor Laiskodat ini. Kedepanya dirinya berharap, perlu adanya peningkatan dalam hal etos kerja dan peningkatan sumber daya manusia ( SDM). Diharapkan melalui IWAPI ini, dapat memberikan pelatihan pada kaum perempuan agar bisa mencari nafkah membantu para suami untuk kesejahteraan keluarganya.