Terciptanya aplikasi ini juga merangsang ketertarikan aparatur desa untuk mau menggunakan komputer. Menu yang sederhana dengan bahasa yang interaktif, memudahkan aparatur desa dalam memahami cara kerja aplikasi. “ Simpatik bisa berjalan dengan atau tanpa jaringan internet, sehingga sesuai dengan keadaan daerah pelosok,” ungkap Sularso.
Sularso menjelaskan, SDM yang dibutuhkan untuk mengelola Simpatik berpendidikan minimal SMA, atau minimal bisa mengoperasikan komputer. Teknologi yang dibutuhkan minimal satu komputer dan memiliki alat cetak dokumen. Sedangkan untuk pembiayaan, menggunakan alokasi dana Desa.
Untuk mengawal dan perbaikan aplikasi ini, dilakukan evaluasi secara berkala oleh Sekretaris Desa dan Kepala Distrik Tanah Miring dengan melihat kemungkinan kesalahan teknis pada aplikasi. Evaluasi dilakukan dengan meninjau langsung penggunaan aplikasi Simpatik di Kantor Desa Amun Kay. Tim evaluator menguji performa aplikasi dalam mengatasi beberapa contoh kasus yang mungkin dihadapi.“ Evaluasi juga dilakukan terhadap performa kerja aparatur kampung dalam melayani masyarakat menggunakan sistem basis data digital,” tutup Sularso. Indikator yang digunakan dalam evaluasi adalah efisiensi waktu, akurasi data, fleksibilitas aplikasi, dan efektivitas dana.
(don/HUMAS MENPANRB)