KUPANG.POROSNUSANTARA – Badan Ketahanan Pangan NTT dari waktu ke waktu terus menggelorakan gerakan mengkonsumsi pangan lokal. Langkah yang dilakukan dengan turun ke setiap kegiatan, baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi mensosialisasikan gerakan cinta pangan lokal. Pangan lokal yang ada di masyarakat memiliki nilai gizi tinggi, jika diberikan sentuhan teknologi selain untuk kesehatan tubuh juga mendukung ekonomi keluarga.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTT, Drs Hadji Husen, kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (18/5) menjelaskan, terkait dengan upaya menekan persoalan kekurangan pangan yang sering dikeluhkan selama ini, Pemerintah NTT melalui dinas ini mencari terobosan. Ada empat program unggulan yang menjadi skala prioritas perhatian dinas ini yang salah satunya menggelorakan gerakan mencintai pangan lokal.
Dia mengakui bahwa melalui bidang ketersediaan pangan di dinas ini, upaya menggelorakan pangan lokal terus digalakan. Walau setiap tahun kebutuhan pangan terutama beras mencukupi terutama di lumbung masyarakat, tetapi wargapun harus diberikan kesadaran untuk mengkonsumsi pangan lokal.
Hadji Husen menambahkan saat ini kondisi beras yang ada di masyarakat dan gudang, beras mencapai 158.000 ton, selain yang ada di Dolog. Kondisi ini untuk tiga bulan kedepan. Sekitar 48.000 ton sebulan dikeluarkan atau 10 kilogram per orang, buat warga NTT makan beras. “Kita kan bukan daerah produksi beras. Apalagi kita di NTT normal 4 bulan basah dan 8 bulan kering. Ini mau tidak mau kita harus gelorakan gerakan makan pangan lokal. Makanya pak gubernur minta kita untuk dengungkan gerakan pangan lokal,” katanya.
Masih jelas Hadji Husen, kadar protein, karbohidrat dan air dari pangan lokal yang ada di NTT sangat tinggi. Dia memberi contoh, makanan putak. Dari hasil penelitian menunjukan kalau nilai protein karbohidrat dan air dari putak lebih tinggi dari beras. Ada juga ubi Iwi yang banyak di Pulau Sumba juga memiliki nilai gizi tinggi.