Porosnusantara.co.id | JAKARTA – Pameran Dialog Peradaban 2025 resmi digelar sebagai bagian dari rangkaian upaya memperkenalkan kembali gagasan yang pernah ditulis bersama oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan tokoh perdamaian dunia asal Jepang, Daisaku Ikeda. Buku berjudul Dialog Peradaban itu disusun 15 tahun lalu, sebelum keduanya wafat. Dalam pesan terakhirnya, baik Gus Dur maupun Ikeda berwasiat agar buku tersebut dapat tersebar luas dan dipelajari lintas generasi.
Keinginan untuk mewujudkan pameran ini sebenarnya sudah lama muncul, namun baru terlaksana sekarang. Menariknya, penyelenggaraan tahun ini terasa sangat relevan dengan kondisi dunia yang tengah dilanda krisis dan ketegangan. Hal ini sekaligus menegaskan kembali betapa pentingnya pesan perdamaian yang terkandung dalam Dialog Peradaban.
Dalam pameran ini, pengunjung tidak hanya bisa melihat isi buku yang telah diterjemahkan ke dalam sembilan bahasa, tetapi juga menyimak peluncuran audiobook serta mengikuti seminar yang membahas nilai-nilai perdamaian di dalamnya. Putri Gus Dur, Yenny Wahid, hadir mewakili keluarga sekaligus memberi pandangan tentang relevansi buku tersebut dengan situasi hari ini. Sementara itu, dari pihak Ikeda, hadir Wakil Presiden Ikeda Center, Terasaki, yang menekankan pentingnya melanjutkan visi perdamaian yang diwariskan Ikeda.
Acara pembukaan pameran sebelumnya juga dihadiri Menko PMK yang menegaskan kembali pentingnya membumikan nilai perdamaian di Indonesia, sejalan dengan kondisi sosial dan politik saat ini. Panitia sebenarnya juga mengundang perwakilan anggota dewan agar dapat mendengar langsung pesan-pesan dari pameran ini, meski belum semuanya bisa hadir.
Pameran Dialog Peradaban 2025 akan berlangsung hingga 7 Oktober di Jakarta. Publik, baik dari Jakarta maupun luar kota, diajak untuk hadir, belajar, dan memahami lebih jauh warisan pemikiran Gus Dur dan Daisaku Ikeda.
Lebih dari sekadar mengenang dua tokoh besar, pameran ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan bangsa saat ini: bagaimana memetik inspirasi dari pesan perdamaian yang mereka tinggalkan. Seperti yang ditegaskan panitia, jika masyarakat ingin mencari panduan untuk bicara tentang masa depan Indonesia, maka buku Dialog Peradaban bisa menjadi salah satu “manual” penting yang relevan untuk dipelajari hari ini.