Indiah Marsaban, anggota Timnas Kebaya menjelaskan, nominasi elemen budaya “kebaya” diajukan pada Maret 2023 dengan judul “Dossier Kebaya: Knowledge, Skills, Tradition and Practice”. Yang diangkat adalah pengetahuan tentang kebaya, keterampilan membuat kebaya, tradisi memakai kebaya, dan bagaimana melestarikan budaya berkebaya di masing-masing negara.
“Budaya berkebaya tidaklah eksklusif hanya ada di Indonesia tetapi kebaya menjadi hidup dan menghidupi di negara-negara serumpun karena tradisi kebaya terus dijaga sebagai budaya yang berkelanjutan,” ujarnya.
Soal pelestarian budaya berkebaya ini, PBI sudah menggelar berbagai program yang melibatkan anak muda. Gerakan Kebaya Goes To School, Kebaya Goes To Campus dan Kebaya Goes To Office dijalankan di semua cabang baik di dalam maupun di luar negeri. Tujuan utamanya adalah untuk memperkenalkan keberadaan kebaya sebagai busana yang pertama muncul di Indonesia, dan mengajak mereka ikut berkebaya di berbagai kesempatan.
“Secara psikologis memang ada anggapan bahwa berkebaya itu ribet. Memakai kain pun terasa tidak nyaman. Untuk itu kami ajarkan cara yang praktis, yang membuat pemakainya tetap leluasa bergerak di berbagai aktivitas,” ujar Rahmi.
Selain soal pelestarian budaya, lanjutnya, menggaungkan keberadaan kebaya juga berdampak secara ekonomi. Industri busana kebaya yang berskala kecil hingga pabrikan akan semakin berkembang. Begitu pula penghasil tenun yang tersebar hampir di seluruh wilayah Nusantara, mengingat kebaya tidak hanya dikenakan bersama kain batik.*
Jakarta
5 Desember 2024