Jokowi Tidak Keluarkan Legalitas Miras di 34 Provinsi

  • Bagikan

Porosnusantara.co.id. Jakarta – Direktur Eksekutif The Jokowi Center Teuku Neta Firdaus menyebutkan tidak ada Peraturan Presiden (Perpres) tentang Miras. Yang ada Perpres Minuman Beralkohol (Minol) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal.

Perpres itu mengatur investasi Minol untuk empat daerah dan bukan legalisasi miras atau pembebasan perdagangan miras untuk seluruh provinsi.

“Minuman beralkohol dikenakan cukai tinggi untuk membatasi konsumsi dan dijual terbatas, diawasi serta diatur oleh negara untuk daerah tertentu,” kata Teuku Neta, Senin, (1/3/2021).

Teuku Neta menjelaskan perdagangan minol diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol (Perpres 72/2013).

Turunan Perpres tersebut dijelaskan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol (Permendag 20/4/2014).

Peraturan BPOM Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pengawasan Obat dan Makanan yang Diedarkan Secara Daring. Dalam Peraturan BPOM, Pasal 29 menyebutkan bahwa BPOM melarang peredaran minuman beralkohol melalui daring.

“Perpres yang diteken oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Februari 2021 merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,” ungkapnya.

Teuku Neta mengingatkan syarat investasi minuman beralkohol hanya untuk penanaman modal baru di empat provinsi yakni Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua dengan memperhatikan budaya dan kearifan setempat.

Untuk penanaman modal baru pembuatan minuman beralkohol di luar empat provinsi tersebut dapat ditetapkan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal berdasarkan usulan gubernur.

Teuku Neta mengutip Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan minuman keras sudah ada di Papua sejak prasejarah.

Mengutip Peter Bellwood dari Australian National University dalam buku Man Conquest of the Pacific: The Prehistory of South East Asia and Oceania (1978), ada orang berbahasa Austronesia dari Asia yang datang ke pesisir Papua sekitar 3000 tahun yang lalu. Merekalah yang mengenalkan minuman beralkohol dan memberikan pengetahuan membuat minuman beralkohol hasil sadapan pohon aren, pohon nipah, atau pohon kelapa

“Jadi investasi minuman beralkohol hanya diberikan izin kepada empat daerah yang sudah ada minuman beralkohol sebagai kearifan lokal. Dan itu jadi minuman yang sudah menjadi tradisi di empat daerah tersebut,” pungkas Teuku Neta.

Pabrik miras tidak didirikan di wilayah mayoritas penduduknya muslim.

“Kalau tiba2 pemerintah melegalkan ganja, hanya sedikit masyarakat yg menolak, karena manfaat ganja lebih besar daripada mudhoratnya. Mungkin Aceh pasti makmur karenanya hehee “, tutur pak Neta menutup pembicaraan.

(Axnes*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *