IDEC 2019. Wujudkan Indonesia Menjadi Pemain Utama Produsen industri Kedokteran Gigi Dunia.

  • Bagikan

Poros Nusantara – Jakarta, 13 September 2019. Pameran dagang dan konferensi internasional kedokteran gigi terbesar di Indonesia, Indonesia Dental Exhibition Exhibition and Conference (IDEC). resmi dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kemenkes RI. Drg. Oscar Primadi hari ini. Jumat 13 September di Jakarta Convention Center. 

Gelaran yang kedua kali diselenggarakan oleh Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) ini bekerja sama dengan Koelnmesse Pte.Ltd dan PT Traya Eksibisi Internasional ini akan berlangsung selama 3 hari (13 sampai 15 September 2019). Menempati area seluas 7000 m2 di Assembly Hall. Sebanyak 150 ekshibitor dari 18 negara, dan 3 paviliun nasional dari Cina, Korea Selatan dan Jerman serta sejumlah pelaku usaha lokal siap menampilkan informasi terbaru perkembangan teknologi kedokteran gigi di dunia.

IDEC 2019, menurut Ketua PB PDGI, Dr. drg. Sri Hananto Seno, Sp. BM., MM.FICD, bukan sekedar: pameran dagang alat kesehatan kedokteran gigi, sekaligus juga menjadi wahana peningkatan pengetahuan bagi para profesional dokter gigi di Indonesia agar lebih responsif terhadap perkembangan teknologi kedokteran gigi.

Untuk itu serangkaian Iokakarya ilmia dan demonstrasi teknologi kedokteran gigi ditampilkan secara komprehensif oleh 18 narasumber ahli yang telah terbukti berpengalaman diantaranya dalam rehabilitasi dan bedah mulut, endodontic, ortodontik, periodontologi, serta sejumlah inovasi dalam self litigation, fotografi gigi dan seputar kedokteran gigi anak.

“Kami berharap IDEC menjadi agenda penting industri kedokteran gigi dan profesional dokter gigi untuk saling berbagi informasi dan berjejaring demi memajukan industri kedokteran gigi dan kualitas profesi dokter gigi Indonesia.” ujar Dr. drg Sri Hananto Seno.

Melanjutkan tema IDEC sebelumnya “The Premier Dental Exhibition and Conference for Indonesian Market, IDEC diharapkan menjadi centre ofexcellence bagi para pelaku industri gigi mulai dari dokter, tenaga medis. Dental supplier, pelaku manufaktur alat kesehatan bahkan masyarakat pada umumnya.

Potensi Indonesia untuk berkembang di bidang industri kedokteran tinggi sangat besar. Dilihat dari segi jumlah dokter gigi. Menurut data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) (tahun 2005 sampai 11 April 2018) tercatat ada 33.523 terdiri dam dokter gigi (29.939) dan dokter gigi spesialis (3.584)

Tetapi di sisi lain angka tersebut rupanya belum memberikan dampak yang signifikan bagi kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, disebutkan hanya 10, 2 persen masyarakat yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis, dan 57,6 persen penduduk Indonesia masih mengalami gangguan kesehatan gigi dan mulut. Dan, prevalensi masyarakat yang tidak memiliki masalah gigi hanya 7%. Padahal WHO mengamanatkan setidaknya 50% Penguasaan teknologi kedokteraan gigi yang didukung oleh perangkat alat kedokteran gigi yang mumpuni mempakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarakat.

Dalam hal ini, Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), DR.Dr. drg. Sri Hananto Seno, Sp. BM., MM., FICD, menyoroti faktanya, industri alat kesehatan dan bahan baku kedokteran gigi baru 10 persen bisa memenuhi kebutuhan dokter gigi di Indonesia. Sementara sisanya 90 persen masih bergantung pada bahan-bahan dan alat kedokteran gigi impor. Tidak sedikit masalah terhambatnya penanganan masalah gigi bukan karena kurangnya skill dokter gigi, tetapi karena terkendala peralatan yang terbatas.

Ini menjadi tantangan besar kepada para pelaku industri kesehatan di Indonesia agar terdorong memproduksi bahan baku dan alat kedokteran gigi sesuai dengan teknolog ternama karena untuk pasar dalam negeri saja, potensinya sangat besar.

“Exhibitor dari sejumlah negara yang hadir di IDEC ing’m melihat dari dekat kebutuhan pasar sekaligus menjalin kerja sama strategis dalam mengembangkan teknologi yang lebih solutif sesuai pennasalahan gigi mayarakat di Indonesia,” papar Ketua IDEC 2019, drg. Diono Susilo, MPH.

Sementara itu, Sekjen Oscar Primadi dalam sambutannya mengatakan, peran penting kedokteran gigi dalam peningkatan kualitas kesehatan nasional. Tidak sedikit penyakit berbahaya dan kronis justru bersumber dari masalah gigi dan mulut. Sesuai dengan roadmap Rencana Aksi Nasional Kesehatan Gigi dan Mulut 2015 2030, melalui IDEC diharapkan menjadi momentum berbagai pihak untuk saling bersinergi untuk memberikan pelayanan maksimal kesehatan gigi dan mulut sehingga Indonesia bisa bebas karies gigi pada 2030.

Program-program capacity building terus dilalukan pemerintah untuk peningkatan skill dokter di Wilayah Indonesia bagian timur, mengatur penyebaran dokter gigi di wilayah terpencil, pemberian beasiswa dokter gigi dan sebagainya. Hanya saja diakui Oskar Primadi, Indonesia punya keterbatasan peralatan kedokteran gigi.

Presiden Direktur Traya Exhibition Internasional, Bambang Setiawan berharap IDEC 2019 bisa memberikan dampak yang lebih besar dari pelaksanaan IDEC sebelunmya, bukan hanya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, tetapi juga aksi bersama mewujudkan Indonesm menjadi pemain utama industri kedokteran gigi.

Optimisme keberhasilan IDEC 2019juga diungkapkan Mathias Kuepper, Managing Director Koelmess Pte.Ltd yang melihat adanya peningkatan jumlah peserta lokal sebesar 15 persen dari IDEC 2017. “Peningkatan tersebut tentu memberikan angin segar bagi Indonesia Menjadi negara produsen alat kesehatan kedokteran giyi yang bisa diperhitungkan di dunia internasional” Ujar Mathias Kuepper.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *