BISNIS PLATFORM BASIS KOPERASI DAN KORPORASI

  • Bagikan
Suroto, Ketua AKSES ( Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis)

Porosnusantara.co.id – Akhir-akhir ini sering kita baca di media pernyataan pejabat pemerintah yang menyebut bisnis platform basis korporasi itu sebagai bisnis koperasi. Sebut saja misalnya dengan menyebut Go-Jek, Bukalapak, dan lain sebagainya itu disebut sebagai praktek koperasi.

Padahal jelas-jelas kepemilikkan dari bisnis tersebut berada dalam kendali segelintir investornya, bukan di tangan pekerja atau para anggota lainya sebagai yang selama ini disebut sebagai mitranya.

Sebut misalnya para pengemudi dalam bisnis Go-jek, pelapak dalam bisnis Bukalapak atau veiwers-nya dalam bisnis content semacam Facebook atau Twitter misalnya.

Perbedaanya antara bisnis platform basis korporasi dan basis koperasi itu sangat jelas, yaitu dalam soal kepemilikkan dan pengambilan keputusan.

Bisnis platform basis koperasi itu dalam kepemilikkan dan pengambilan keputusan perusahaanya adalah bersifat demokratik dan berada di tangan multipihak. Sementara bisnis platform basis korporasi itu ada ditangan pemilik modal terbesarnya dan bersifat autokratik.

Misalnya salah satu bisnis platform basis koperasi di dunia ini. Namanya adalah Stocksy. Ini adalah bisnis platform basis koperasi yang dimiliki oleh para fotografer/filmaker di seluruh dunia. Model ini menggunakan konsep koperasi pekerja, worker co-operative, dimana para pekerjanya adalah para pemiliknya.

Para fotografer/filmaker itu bukan hanya menjadi pelapak dalam bisnis Stocksy, tapi jadi pemilik dari perusahaan tersebut. Mereka bukan hanya mendapatkan keuntungan dari keuntungan yang dihasilkan dari menjual karya mereka di lapak Stocksy tapi juga menjadi pemilik perusahaan tersebut dan suaranya dihargai satu orang satu suara dalam penentuan keputusan perusahaan.

Bandingkan misalnya dengan bisnis Go-Jek yang telah berjalan selama ini. Foundernya yang merangkap sebagai CEO nya saat ini adalah hanya pemilik saham minoritas karena dalam proses valuasinya mereka telah menjualnya kepada angel-investor.

Ada proses dilusi saham karena sang founder membutuhkan investasi yang besar untuk biaya penetrasi pasar dan pengembangan fitur-fitur layananya.

Dalam bisnis tersebut juga jelas bahwa selama ini para pengemudi, yan disebut sebagai mitra itu bukan pemilik, dan mereka juga tidak memiliki kuasa apapun dalam menentukan keputusan perusahaan.

Misalnya soal tarif, lalu masalah bonus dan lain sebagainya. Mereka selama ini hanyalah sebagai pihak yang menjadi obyek kebijakan sehingga demo-demo sering menyeruak.

Mungkin anda sebagai pelapak dalam bisnis market place, konsumen atau viewer dari bisnis platform konten adalah sangat dimanjakan. Anda begitu banyak mendapatkan bonus dan dimanjakan oleh perusahaan. Tapi itu semua tentu akan ada masanya. Apalagi anda sebagai mitranya.

Hari ini banyak content creator misalnya yang mulai kesulitan untuk mendapatkan pendapatan tidak seperti sebelumnya. Bahkan dalam kasusnya ada seorang content creator yang terpaksa melakukan upaya penyerangan terhadap perusahaan dan kemudian berakhir bunuh diri karena stress tidak mendapatkan pendapatan seperti sebelumnya karena semakin dipersulit untuk mendapatkan penghasilanya.

Hari ini, ketika penetrasi pasar bisnis platform itu telah masif ternyata mulai dimunculkan satu wacana bahwa pemerintah akan menyelenggarakan pelarangan bonus bagi penyelenggara bisnis platform. Ini seakan akan menjadi satu ketentuan yang memihak bagi kepentingan menjaga persaingan. Padahal ini sebetulnya adalah bentuk dukungan kepada monopoli bisnis basis platform yang sebetulnya sudah masuk dalam skala masif.

Mereka ingin masuk ke tahap selanjutnya, adalah mengeruk keuntungan setelah mereka membayar initial investment yang besar.

Kenapa Koperasi Penting?

Anak-anak muda kreatif para pebisnis start up, baiknya anda mulai pikirkan kembali untuk ciptakan bisnis platform basis koperasi dan tidak sekadar mengejar predikat Unicorn. Baiknya anda mulai pikirkan arti pentingnya bagi masa depan anda dan masyarakat.

Sebagai founder ketika anda hanya mengejar valuasi maka anda akan banyak mengorbankan banyak pihak. Konsumen, mitra kerja, content creator, dan banyak pihak lainya dan termasuk pemerintah dan bisa jadi anda sendiri di masa datang.

Perusahaan angel investor itu telah menyedot dan memonopoli semuanya. Mereka itu bahkan adalah perusahaan-perusahaan asing yang tentunya punya kepentingan di luar kepentingan kita sendiri. Sebut saja misalnya, perusahaan-perusahaan market place dan perusahaan payment system basis platform mereka itu ternyata telah kuasai kita dengan membanjirinya dengan produk-produk luar negeri hingga 90 persen dan yang menyumbang defisit neraca perdagangan yang cukup signifikan dan menunjukkan trend yang semakin meningkat terus dari segi volumenya.

Sementara dari sisi payment system mereka juga langsung menyumbang defisit neraca pembayaran karena langsung membayarnya dalam bentuk dollar.

Koperasi ini bisa menjadi modular bagi bisnis platform dengan basis partisipasi dengan hargai semua pihak untuk turut terlibat dalam bisnis. Sebagai founder, sebagai mitra, sebagai pengguna, content creator, viewers dan lain sebagainya. Anda sebagai founder juga akan tetap memiliki privelege dengan cara menaruhnya dalam kebijakan perusahaan koperasi yang anda bangun dan atur sendiri secara bersama-sama.

Tanpa harus mengejar valuasi untuk janga pendek, anda sebetulnya bisa ciptakan keuntungan juga bersama masyarakat secara berkeadilan dan hidupkan bisnis secara berkelanjutan.

Demokrasi dalam bisnis itu penting, bukan hanya untuk mengejar keuntungan tapi bagaimana menciptakan nilai tambah kemanusiaan dan kemaslahatan bagi semua.

Selamat berkreasi dan membangun bisnis berbagi yang sesungguhnya!

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *