Besarnya potensi komoditas hortikultura Indonesia, memacu Kementerian Pertanian (Kementan) untuk terus melakukan berbagai terobosan dan inovasi guna melecutkan produksi dan penguasaan pasar baik domestik maupun ekspor. Produksi hortikultura Indonesia tercatat terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut catatan BPS, sepanjang tahun 2018, produksi buah-buahan mencapai 21,5 juta ton, sayuran 13 juta ton, tanaman hias 870 juta tangkai dan tanaman obat mencapai 676 ribu ton. Kinerja volume ekspor hortikultura tahun 2018 mencapai 435 ribu ton, naik 10,36% dibanding tahun 2017 sebanyak 394 ribu ton.
Tentang hal ini, Guru Besar Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. M. Firdaus mengatakan pemerintah harus tetap fokus menggarap komoditas hortikultura tertentu yang strategis untuk menggebrak dan menguasai ekspor. Ini sesuai kebijakan Mentan Amran untuk menggerakkan ekspor dan investasi pertanian.
“Peningkatan daya saing hortikultura Indonesia menjadi agenda penting dan mendesak. Permintaan dunia ke depan masih terus meningkat untuk produk pertanian primer dan hasil olahannya, khususnya hortikultura,” demikian dikatakan Prof. Firdaus usai pemaparan Penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura di Yogyakarta, Jumat kemarin (12/7)
Firdaus menekankan untuk lebih menguasai pasar global, pengembangan buah dan sayur harus lebih fokus pada peningkatan kualitas dan persaingan harga. Untuk tanaman hias dan obat fokus pada kuantitas dan kontinuitas produksi. Namun demikian, sambungnya, persaingan dagang di tingkat global dan regional kini semakin ketat. Selain penurunan tarif, pemenuhan tuntutan non tarif serta blok dagang regional bisa mempengaruhi daya saing ekspor produk pertanian khusunya hortikultura.