Ekspor Buah Tahun 2019 ditargetkan Meningkat Tajam

  • Bagikan

Poros Nusantara – Ekspor merupakan salah satu upaya pemerintah meningkatkan neraca perdagangan dan mendatangkan devisa negara. Komoditas hortikultura khususnya buah – buahan memiliki potensi besar untuk menambah pundi – pundi devisa negara. Berdasarkan data BPS, ekspor buah pada periode Januari – Desember 2018 naik signifikan hingga mencapai *115,58%* jika dibanding dengan tahun 2017. Jenis buah yang banyak diekspor antara lain nanas, pisang, dan manggis. Selain itu, neraca perdagangan durian pada periode tersebut juga mencatatkan rekor surplus untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun selalu defisit, ungkap Prihasto Setyanto, Direktur Jenderal Hortikultura yang baru dilantik pada tanggal 29 Juli 2019 yang lalu.

Lebih detil Prihasto membeberkan bahwa produksi nanas Indonesia pada tahun 2018 mencapai *1,8 juta ton* atau *15 ribu* container dalam bentuk fresh fruit dan kalengan dan sudah diekspor ke negara – negara di Asia, Timur Tengah, dan Eropa hingga 250 ribu ton. Melansir data BPS, volume ekspor nanas 2018 sebesar *13.336 ton* atau mengalami kenaikan mencapai *39,16%* dibandingkan 2017 sebesar *9.605 ton.*

Eksisting negara tujuan ekspor buah telah menyebar ke 65 negara diantaranya adalah Jepang, Hongkong, Korea, Taiwan, China, Singapore, Malaysia, Brunei, Vietnam, India, Pakistan, Srilanka, Iran, Timur Tengah, Eropa, Amerika, Australia dan lainnya dengan nilai ekspor nanas 2018 sebesar *Rp 115 Milyar*. Sedangkan pada Januari – Februari 2019 ekspor nanas *3.148 ton*. Tahun 2019 ini target ekspor lebih tinggi lagi naik bisa 30%, tambahnya.

Pria yang biasa dipanggil Anton lebih antusias mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia merupakan peringkat ke-5 dunia sebagai negara produsen manggis, setelah India, China, Kenya, dan Thailand. Tujuan ekspornya telah menembus banyak negara. Yakni China, Hongkong, Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Qatar, Amerika, Australia dan beberapa negara Asean lainnya.

Di tahun 2013 ekspor manggis hanya 7 ribu ton. Sebanyak 40 persen total ekspor, manggisnya berasal dari Jawa Barat. Sentra manggis terdapat di Jawa Barat, Sumatera Barat, Jawa Timur dan lainnya. Sentra produksi manggis Jawa Barat di antaranya Purwakarta, Subang, Sukabumi, Tasikmalaya dan kabupaten lainnya. Khusus untuk ekspor manggis pada 2018 sebesar 38.830 ton atau naik 324 persen dari 2017 sebesar 9.167 ton. Sedangkan nilai ekspor 2018 tersebut mencapai *Rp 465 miliar*, naik *730 persen* dibandingkan 2017 sebesar *Rp 56 miliar*. Sebanyak *33 persen* dari total produksi manggis Indonesia sudah diekspor, jelasnya

Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok memberikan layanan sertifikasi untuk ekspor buah manggis sebanyak 16.271 ton atau senilai Rp 448,127 milyar. Dari jumlah tersebut ekspor manggis yang berasal dari Kabupaten Sukabumi mencapai 2.211 ton atau senilai Rp 66,327 milyar. Kontribusi Sukabumi terhadap total ekspor manggis selama 2018 kurang lebih 13,59 persen dari total ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok.

Sekitar 25 persen produksi manggis diekspor ke beberapa negara seperti ke China, Hongkong, Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Qatar, Amerika, Australia, Prancis, Belanda dan sejumlah negara lainnya.

Untuk komoditas durian, mengacu pada data BPS 2017, ekspor mencapai 240 ton. Sementara impor lebih besar mencapai 764 ton, sehingga neraca perdagangan defisit 524 ton. Saat ini manggis Pandeglang sudah masuk kualitas pasar ekspor. Buah manggis dari Pandeglang dieskpor 93 ton ke China dan 714 ton dijual antar wilayah ke Jakarta, Surabaya, Makasar dan lainnya. Secara nasional pangsa ekspor 23 persen produksi manggis Indonesia sebesar 160 ribu ton setahun. Namun demikian, pada tahun 2018 sudah ekspor manggis 35 ribu ton ke China, Malaysia, Thailand, Vietnam, Hongkong, Perancis dan negara lainnya.

Bila Thailand dikenal durian Chanee, Montong dan Kan Yao, Malaysia dikenal durian D24, Musangking dan ke depan favorit Ochee, maka Indonesia favorit dengan durian Petruk, Matahari dan kedepan favorit durian Pelangi. Durian lokal punya peluang ekspor yang cukup besar karena memiliki kualitas yang tak kalah dengan durian yang berasal dari negara lainnya. Buktinya, durian asal Indonesia telah menembus ke pasar manca negara seperti Hongkong, China, Malaysia, Vietnam, Singapura, Saudi Arabia hingga Belanda.

Liferdi, Direktur Buah dan Florikultura yang juga baru dilantik bersamaan dengan Direktur Jenderal Hortikultura menambahkan bahwa produksi dan ekspor durian setiap tahun mengalami kenaikan. Berdasarkan data BPS, sebelumnya neraca perdagangan durian defisit, namun 2018 sudah surplus. Pada 2017 mencapai 795 ton dan ekspornya sebesar 240 ton. Di tahun 2018, produksi dan ekspor durian mengalami kenaikan yang cukup drastis yakni produksinya sebesar 819.654 ton dan ekspor 1.086 ton.

Tidak hanya durian, Liferdi menjelaskan pada 2018, ekspor salak naik 28 persen atau sebesar 1.233 ton dibandingkan 2017 yaitu sebesar 965 ton. Mengacu data BPS tersebut, adapun negara tujuan ekspor salak yakni China, Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Timor Leste, Belanda, Qatar, Hongkong, Jerman dan Inggris.

Melihat ekspor buah yang semakin menggeliat setiap tahunnya, Liferdi semakin memantapkan kebijakan peningkatan produksi dan mutu buah nasional melalui program pengembangan kawasan buah dan penerapan GAP (Good Agriculture Practices).

Tidak kurang dari 6000 Hektare setiap tahunnya Kementan mengembangkan kawasan buah-buahan yang menjadi prioritas yaitu jeruk, mangga, manggis, pisang, durian, dan buah-buahan lainnya seperti lengkeng, nenas, salak dan buah naga di berbagai daerah sentra produksi. Melalui program ini, Liferdi berharap bahwa produksi buah nasional akan semakin meningkat sehingga dapat mencukupi kebutuhan konsumsi buah dalam negeri maupun ekspor.

Bahkan sejak tahun 2016, Kementan mulai menginisiasi 125 Hektare pengembangan buah komersial dengan pola kemitraan dan inti plasma antara kelompok tani dengan swasta. Ke depan model pengembangan kawasan seperti ini akan direplikasi ke daerah lain, jelas Liferdi. Pada tahun 2019 ini, Kementan juga telah memulai pengembangan buah di lahan perhutanan sosial yaitu pengembangan durian seluas 10 Hektare di Kabupaten Pemalang. Pemanfaatan lahan perhuatan sosial untuk pengembangan agrowisata buah tentunya akan semakin memberikan nilai tambah terhadap buah nasional, tambahnya.

Tidak hanya peningkatan produksi, perbaikan mutu mutlak diperlukan dalam mendorong ekspor. Terobosan program penerapan GAP juga perlu terus ditingkatkan. Dengan begitu, pada tahun 2019 hingga tahun-tahun berikutnya Liferdi yakin buah Indonesia semakin siap menjadi primadona di mancanegara, tidak hanya di Asia tetapi juga di negara-negara Eropa.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *