Kupang, Poros Nusantara – Kehadiran Brutus Chicken Kupang yang berpusat di Jalan WJ Lalamentik, tepatnya sekitar 100 meter dari Ramayana Mall memang baru setahun sejak dibuka Desember 2016. Ditengah persaingan bisnis kuliner chicken di Kota Kupang, Ibu kota Provinsi NTT, manajemen Brutus Chicken Kupang tidak patah arang. Memegang motto usaha “Murah harga berani rasa”, dengan usia pembukaan usaha yang masih balita tetapi sudah membuka usaha di Kota Kupang sebanyak 4 cabang yakni di Perumnas (Brutus II), TDM (Brutus III), Oesapa (Brutus IV) dan bakal dibuka di Oeba, Jalan Alor (Brutus V) pada akhir April 2018.
Owner Brutus Chicken Kupang, Abdul Kadir Patindo ketika ditemui Poros Nusantara di ruang kerjanya, Kamis (12/4/2018) menceritrakan awal mula dirinya membuka bisnis kuliner fokus chicken. Usaha Brutus Chicken ini sesungguhnya bermula dari dirinya membuka usaha rumah makan sarapan pagi selagi masih di Jogyakarta pada tahun 2011. Usaha ini dengan melihat peluang untuk membantu para mahasiswa yang kuliah ketika itu. Saat bersamaan, kenang Abdul Kadir, dirinya berkenalan dengan Pak Tri karyawan Fried Chicken Jogyakarta yang sudah bekerja selama 23 tahun. Bagai gayung bersambut, Pak Tri menawarkan untuk membuka usaha fried chicken karena lebih gampang, murah dan digandrungi seluruh usia mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Selain itu bahan makanan juga tidak banyak terbuang percuma. ” Saya kemudian berpikir kuliner apa yang cocok. Pak Tri usulkan dibuat fried chicken, yang ada usaha popeye, olive dan saya berpikir kenapa tidak saya bikin pesaing. Saya kemudian berpikir soal nama, resep dan menu. Saya melakukan survei ke beberapa bisnis kuliner besar di Jogyakarta seperti KFC, popeye chicken dan olive chicken, Top chicken, Jogya chicken, super chicken,dll. Saya kemudian lebih tertarik pada olive dan popeye karena sangat berkembang “, jelasnya.
Terhadap nama popeye dan olive chicken ini, lanjut Abdul, dirinya lantas terinspirasi untuk memberi nama pada usaha kuliner yang siap dikembangkan. Dirinya kemudian mengambil nama Brutus dari film kartun popeye yang pemerannya ada popeye, olive dan brutus dalam cerita perebutan pacar. Karena kedua nama itu sudah ada maka dirinya mengambil nama brutus sebagai pesaing atau rival. Maksudnya bahwa dalam dunia bisnis jika ada pesaing maka itu memotivasi untuk mengembangkan usaha tersebut.
” Brutus itu mudah diingat, Memang pemilihan nama itu ada teman protes yang artinya di belakang. Saya bilang bukan soal itu tapi saya melihatnya sebagai rival bisnis kuliner. Saya ambil filosofi hidup brutus dan untuk pertama kali dibuka di Jogya. Selama beberapa tahun usaha di Jogya lalu ada teman yang tawarkan untuk buka di Kupang makanya sejak 2016 saya buka usaha brutus di Kupang “, kata Abdul.
Mantan mahasiswa Undana Kupang 1993 – 1995 ini melanjutkan, membuka usaha kuliner brutus di Kupang bukan sesuatu yang asing. Pasalnya, Abdul semasa kecil hidup di Kupang sampai kuliah di Undana sehingga membuka usaha tidak terlalu sulit.
Sejak tahun 2016 awal mula pembukaan brutus pertama di Jalan WJ Lalamentik, dalam hitungan bulan berhasil membuka 4 cabang seperti di Perumnas (Brutus II), TDM (Brutus III), Oesapa (Brutus IV) dan bakal dibuka di Oeba, Jalan Alor (Brutus V) pada akhir April 2018.
Menyinggung soal karyawan, Abdul mengatakan semuanya tenaga lokal NTT yang berasal dari berbagai daerah. Proses perekrutannya juga biasa tidak terikat seperti restoran besar dan penggajiannyapun mengikuti upah minimum kota dengan gaji per bulan terendah Rp 1,5 juta. ” Karyawan juga kami berikan training. Setiap hari raya kita berikan THR juga hari libur cukup sesuai kesepakatan bersama. Kita juga lihat dari lama bekerja dan trampil kita naikan gajinya “, katanya.
Tentang menu makanan andalan di Brutus, pria berdarah Makasar ini mengatakan, olahan makanan spesial ayam yang pada awalnya ada menu geprek andalan di brutus kemudian sekarang sudah dikembangkan di warung lainnya, ada juga resepnya sendiri seperti ayam kobong.
Ditanya soal bahan dasar di Brutus apakah ayam yang ada di NTT atau didatangkan dari luar, Abdul mengatakan, dari ayam lokal NTT karena bekerjasama dengan rekan bisnis ayam. Soal penyembelihan dijamin halal karena difokuskan pada satu titik yakni di Alak termasuk pembersihan ayamnya.
” Kita tidak bersihkan di sini tapi terima bersihnya saja. Sebab bersihkan di sini dampak pada limbah bulu dari pencucian. Kita punya menu andalan empat yakni fried chicken, ayam geprek, ayam kobong dan chicken stick. Ada juga kita buat untuk pesanan yang lebih praktis. Kita kerjasama dengan POM, MUI jadi aman dan terjamin “, jelasnya.
Mengenai ekspansi usaha ke luar Kupang, Abdul mengatakan, ada rencana seperti ke Labuan bajo atau Belu tetapi soal kuliner itu tidak seperti usaha lain-lain banyak faktor.
Prinsip kami perluas promosi dan menjaga kebersihan. Kami tetap memberikan pelayanan yang baik. Soal berapa ayam yang kami habiskan rata-rata 350 ekor per hari untuk empat warung brutus. Kadang fluktuatif tergantung dari minat orang “, tambahnya.
( Laporan : Erni Amperawati )