BUPATI SERGAI RAIH HADIAH SASTRA RANCAGE THN 2017

  • Bagikan

SERGAI, POROS NUSANTARA – Sei Rampah Sergai, Bupati Serdang Bedagai (Sergai) Sumatera Utara,  Ir. H. Soekirman akan meraih Hadiah Sastra Rancage Tahun 2017 dari Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage Ajip Rosidi yang rencananya akan diserahkan pada Sabtu 9 September 2017 mendatang bertempat di Gedung Perpustakaan Ajip Rosidi Bandung. Hadiah Sastra Rancage adalah penghargaan yang diberikan kepada orang-orang yang dianggap telah berjasa bagi pengembangan bahasa dan sastra daerah.

Begitupun dengan Bupati Soekirman, atas dedikasi dan karyanya lewat cerpen yang berjudul “Parlombu-lombu” (Si Gembala Sapi). Meski bersuku Jawa, namun kepiawaiannya dalam berbahasa Batak serta sangat faham adat, budaya sampai sastra halak kita membuat Bupati Soekirman mendapat julukan nama “Ompu Abimanyu”. Demikian dikemukakan Bupati Sergai Ir. H. Soekirman yang disampaikan melalui Kadis Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Sergai Ikhsan, AP kepada wartawan, Selasa (5/9)

Dikemukakan Ikhsan, bahwa Ompu Abimanyu merupakan seorang penulis yang telah  banyak melahirkan karya diantaranya Orang LSM Naik Haji, Wong Jawa di Sumatera, Serdang Bedagai Kampung Kami, Onderneming Van Sergai. Tahun-tahun sebelumnya Hadiah Sastra Rancage ini hanya untuk sastra Bahasa Sunda, Jawa, Bali, Lampung dan Banjar saja. Namun, pada Tahun 2017 ini, sastra Batak diikut sertakan masuk dalam ajang tersebut dan  salah satu cerpennya  yang berjudul “Parlombu-lombu” berhasil mendapat penghargaan.

Seperti yang dikatakan Bupati Soekirman, menulis cerpen dalam bahasa Batak ini merupakan upaya dirinya ikut melestarikan bahasa daerah agar tidak punah. Karena saat ini, dengan kemajuan teknologi yang cukup pesat bisa mengikis budaya daerah serta hilangnya bahasa batak. Sebagai upaya untuk melestarikan adat istiadat, budaya daerah khususnya bahasa Batak, di Kabupaten Tanah Bertuah negeri Beradat telah dibentuk Kerukunan Masyarakat Batak (Kerabat) dan Bupati Soekirman berkedudukan sebagai penasihat.

“Dengan memahami adat dan bahasa di luar suku sendiri, diharapkan dapat membangun toleransi antar suku dan agama. Selain itu juga menyadarkan kita bahwa Kebhinnekaan yang ada telah memperkaya karya sastra dan rasa cinta tanah air,”. Oleh karenanya melalui “Kerabat” saya berharap bahasa Batak dapat terus dipertahankan dan dilestarikan,” pungkas Soekirman.

Laporan : Dipa

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *